Dimana diantaranya adalah ketentuan jenis pupuk bersubsidi yang diberikan kepada petani adalah urea dan NPK Phonska," jelasnya. Kemudian, terkait peruntukan pupuk bersubsidi hanya untuk sembilan komoditas pangan pokok dan strategis, yakni padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, tebu rakyat, kopi dan kakao.
Laporan Reporter Tribun Jogja, Dewi Rukmini PURWOREJO - Alokasi pupuk bersubsidi untuk petani di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, pada 2023 diklaim lebih banyak ketimbang tahun lalu. Dengan demikian, ketersediaan stok pupuk bersubsidi diperkirakan bisa mencukupi kebutuhan petani di Kota Berirama. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian DKPP Kabupaten Purworejo, Hadi Sadsila, mengatakan, pada 2022 lalu Kabupaten Purworejo mendapatkan jatah pupuk bersubsidi jenis urea sebanyak 12 ribu ton dan phonska sebesar 9 ribu ton. "Tahun ini kami mendapatkan stok pupuk urea 14 ribu ton, pupuk phonska 12 ribu ton, dan pupuk NPK khusus Kakao sebesar 20 ribu ton. Jadi alokasinya lebih besar dan Insya Allah mencukupi," ungkap Hadi kepada Tribun Jogja, Jumat 9/6/2023. Baca juga Warga Sambut Baik Aturan Masker Tak Lagi Wajib untuk Orang Sehat Menurut Hadi, pupuk tersebut menyasar 9 komoditi utama pertanian. Antara lain padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, kakao, tebu, dan kopi. Pupuk tersebut disediakan untuk para petani yang memiliki lahan di bawah 2 hektar. Kemudian data petani sudah tergabung sebagai anggota kelompok tani yang terdaftar dalam sistem informasi managemen penyuluh pertanian Simluhtan. Serta NIK petani harus terintegrasi dengan data di dinas kependudukan dan catatan sipil Disdukcapil. Adapun pembelian pupuk bersubsidi dapat dilakukan di distributor atau pengecer dengan syarat petani harus memiliki kartu tani. Sementara itu, Penyuluh Pertanian Madya DKKP Kabupaten Purworejo, Hartoyo, menjelaskan bahwa sebenarnya secara umum kebutuhan pupuk di Kabupaten Purworejo selalu tercukupi. Asalkan para petani menggunakan pupuk tersebut sesuai dosis. Yakni setiap satu hektar lahan idealnya diberi pupuk urea sebanyak 250 kilogram dan 75-100 kilogram pupuk phonska. "Karena terkadang petani menggunakan pupuk tidak sesuai dengan dosis. Semisal daun kuning sedikit langsung buru-buru disiram pupuk, padahal sudah ada takarannya. Kemudian pupuk kan alokasinya untuk satu tahun, tapi kadang petani mengambil jatah dalam satu kali waktu sekalian. Sehingga ketika musim tanam kedua atau ketiga, pupuk yang dimiliki mulai tidak cukup. Seharusnya, pupuk bersubsidi diambil secara bertahap sesuai musim tanam," jelasnya. Lebih lanjut, Hartoyo, mengungkapkan, capaian penyaluran pupuk urea dan phonska di Kabupaten Purworejo sejak Januari - Mei 2023. Menurutnya hingga Mei 2023, pupuk urea telah tersalurkan sebanyak ton. Kemudian untuk pupuk phonska hingga Mei 2023 sudah tersalurkan ton. "Total petani yang menerima pupuk bersubsidi se-Kabupaten Purworejo ada orang. Namun, petani yang telah menebus pupuk sampai Mei 2023 ada orang. Himbauan kami, semoga petani bisa memakai pupuk sesuai dosis dan tidak berlebihan. Agar bisa tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat tempat, tepat mutu, tepat cara, dan tepat harga," ujarnya. "Selain itu juga kalau bisa mengurangi pupuk kimia. Sehingga mari bersama lakukan gerakan genta organik, yakni gerakan pertanian organik," tandasnya. drm
pupukke 2 menggunakan phonska plus untuk bawang merah usia 10 hari Group petani bawang di wa081515748880 p>Efektivitas pengelolaan pupuk organik, NPK, dan pupuk hayati pada budidaya bawang merah telah diteliti pada tanah Alluvial lahan bekas sawah, di Cirebon-Jawa Barat. Tujuannya untuk menetapkan dosis pupuk organik, pupuk NPK, dan pupuk hayati yang efektif untuk peningkatan hasil bawang merah, serta dapat menurunkan besaran emisi GRK CO. Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai Agustus 2014 menggunakan rancangan petak terpisah dan diulang sebanyak tiga kali. Petak utama adalah dua varietas bawang merah A, terdiri atas a1= varietas Bima dan a2= varietas Mentes. Anak petak adalah pengelolaan pupuk B, meliputi b1= 1 dosis NPK rekomendasi, b2= 1 dosis NPK rekomendasi + 100 kg/ha NPK Mutiara, b3= 1 dosis NPK rekomendasi + pupuk organik, b4= 1 dosis NPK rekomendasi + pupuk organik + pupuk hayati Biotricho, b5= ½ dosis NPK rekomendasi + pupuk organik, dan b6= ½ dosis NPK rekomendasi + pupuk organik + pupuk hayati. Hasilnya menunjukkan tidak terjadi interaksi antara varietas dan pengelolaan pupuk tersebut terhadap pertumbuhan, serapan hara NPK, dan hasil umbi bawang merah pada tanah Bima menghasilkan pertumbuhan, serapan hara NPK, dan hasil umbi bawang merah yang lebih tinggi dan lebih baik dibandingkan varietas Mentes. Pengurangan dosis pupuk NPK sampai 50% rekomendasi dengan disertai pemberian pupuk organik/pupuk hayati tidak mengurangi pertumbuhan tanaman, serapan hara NPK, dan hasil umbi bawang merah pada tanah Alluvial. Kombinasi perlakuan varietas Bima dengan pemberian NPK dosis rekomendasi + pupuk organik Petroganik menghasilkan bobot umbi segar paling tinggi setara 29,20 t/ha, sedangkan hasil bobot umbi kering bawang merah paling tinggi setara 14,62 t/ha diperoleh pada varietas Bima dengan pemberian NPK ½ dosis rekomendasi + pupuk organik Petroganik yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya dan mampu menurunkan besaran fluks CO2> 25 % selama perkembangan tanaman di lapangan. Implikasi dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan organik dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik NPK yang sejalan dengan prinsip pertanian berkelanjutan tanpa mengurangi produktivitas hasil bawang merah. 25 % selama perkembangan tanaman di lapangan. Implikasi dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan organik dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik NPK yang sejalan dengan prinsip pertanian berkelanjutan tanpa mengurangi produktivitas hasil bawang Allium ascalonicum; NPK; Pupuk organik; Pupuk hayati; Serapan hara; HasilABSTRACT. The effectiveness of organic fertilizers, NPK, and biofertilizers managements on shallots cultivation have been studied in the former rice eld Alluvial soil, at Cirebon, West Java. The aimed was to establish the application among of organic fertilizer, NPK, and biofertilizers which was effective for increasing growth and yields of shallots, as well as the reducing amount of greenhouse gas emissions CO2. The study was conducted from April to August 2014 by using a split-plot design and repeated three times. The main plot was two varieties of shallots A, which consisted of a1 = Bima varieties and a2 = Mentes varieties. The subplots consisted of fertilizers managements B, included of b1 = 1 dose of NPK recommendations, b2 = 1 dose of NPK + 100 kg / ha of NPK Mutiara , b3 = 1 dose of NPK + organic fertilizer, b4 = 1 dose of NPK + organic fertilizer + biofertilizer Biotricho , b5 = ½ dose of NPK + organic fertilizer, and b6 = ½ dose of NPK + organic fertilizer + biofertilizer Biotricho. The results showed no interaction between varieties and fertilizer management on growth, NPK nutrient uptake, and yield of shallots bulbs on Alluvial soil. Bima varieties produced growth, NPK nutrients uptake and yield of shallots bulbs higher than the Mentes varieties. The reduction dose of 50% NPK fertilizer and applied with the organic fertilizer and/or biofertilizer did not reduce plant growth, NPK uptake, and yield of shallots bulbs in Alluvial soil. Bima varieties in combination with the treatment of NPK + organic fertilizer Petroganic produced the highest weight of fresh bulbs equivalent to t/ha. While the highest dry weight of shallots bulbs equivalent to t/ha was achieved in the combination of Bima varieties with ½ dose of NPK + organic fertilizer Petroganic, and also could reduce the amount of CO2 ux > 25 % during plant development in eld. The implications of this study indicated the applied of organic fertilizer could reduce the dose of inorganic fertilizers NPK which is in line with the principles of sustainable agriculture without decreasing productivity of Allium ascalonicum; NPK; Organic fertilizer; Biofertilizer; Nutrients uptake; Shallots yieldSistem usahatani bawang merah konvensional dengan menggunakan input pupuk kimia sintetik pupuk buatan dalam takaran tinggi dapat meningkatkan hasil panen bawang merah, namun menimbulkan masalah seperti terjadinya pengerasan lahan, pengurasan unsur hara mikro, pencemaran air tanah, dan berkembangnya hama dan penyakit tertentu, dan akhirnya berdampak menurunnya produktivitas lahan dan tanaman bawang merah. Penggunaan pupuk buatan dalam takaran tinggi secara terus menerus merupakan cara pengelolaan pupuk yang tidak ramah lingkungan dan tidak berkelanjutan Reijntjes et al. 1999, Narkhede et al. 2011. Pemanfaatan pupuk organik, alami, dan hayati merupakan salah satu metode alternatif dalam mengatasi masalah degradasi lahan sebagai akibat budidaya intensif pada bawang merah. Sampai saat ini penelitian mengenai pemanfaatan pupuk organik pada 209Suwandi et al. Efektivitas Pengelolaan Pupuk Organik, NPK, dan Pupuk Hayati ...tanaman bawang merah masih terbatas. Beberapa pupuk organik seperti pupuk kandang, kompos, dan pupuk hijau belum sepenuhnya dimanfaatkan petani untuk meningkatkan kesuburan tanah Sukristiyonubowo et al. 1993, Subowo et al. 1990. Seluruh sistem pemanfaatan pupuk organik mempunyai tujuan untuk meningkatkan hasil dan mutu sayuran, meningkatkan kesuburan tanah, mengurangi input bahan kimia, bersifat ramah lingkungan dan berkelanjutan Subhan et al. 1998, Santosa et al. 1999. Berdasarkan hasil salah satu focus group discussion FGD bersama petani bawang merah diketahui bahwa salah satu kendala aplikasi pupuk tersebut pada budidaya bawang merah di dataran rendah adalah keengganan petani bawang merah untuk menggunakan bahan organik seperti pupuk kandang karena pengaruh dari pupuk organik dirasakan sangat lambat, sedangkan petani mayoritas adalah petani penyewa yang sering berpindah tempat sehingga petani berpikir aplikasi pupuk organik tidak bermanfaat bagi dirinya namun hanya akan menguntungkan petani lain yang menyewa setelah dirinya Liferdi et al. 2013. Oleh karena itu, aplikasi pemberian pupuk organik diarahkan pada penggunaan pupuk organik cair POC yang diharapkan dapat memberikan pengaruh yang baik secara cepat dan langsung terhadap pertumbuhan dan hasil bawang pupuk hayati yang mengandung mikrob berguna dapat mempercepat proses dekomposisi dan kelarutan hara asal bahan organik. Dalam proses pengomposan terjadi dekomposisi oleh mikrob mengubah nutrisi tidak tersedia menjadi tersedia bagi tanaman Leithold 1996, Murbandono 1998.Penggunan pupuk organik dan pupuk hayati selain dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, hasil, dan kualitas hasil tanaman Ghoname & Shafeek 2005, Reyes et al. 2008, Malgorzata & Georgios 2008, juga dapat mengurangi penggunaan pupuk NPK Rosliani et al. 2004, Widawati et al. 2010, Suliasih et al. 2010.Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan penggunaan mikrob berguna asal isolat Trichoderma sp. sebagai salah satu agens hayati yang mampu merangsang perkembangan akar pada tanaman inang yang ditumpanginya. Aplikasi Trichoderma sp. dengan konsentrasi 1010 spora/g media dan aplikasi 500 kg/ha pupuk NPK 15-15-15 dapat meningkatkan hasil panen bawang merah sebesar 22,64% pada tanah Andisol Subhan et al. 2012. Kombinasi pemupukan NPK pada level 200 kg N/ha, 135 kg P2O5/ha, dan 150 kg K2O/ha serta pemberian POC pada tanah dapat meningkatkan bobot komponen hasil bawang merah. Akan tetapi kombinasi pemberian Trichoderma sp. dengan POC tersebut belum jelas pengaruhnya pada komponen hasil bawang merah Suwandi et al. 2012. Aplikasi pupuk 200 kg/ha Urea dan 200 kg/ha ZA pada tanah Andisol meningkatkan bobot umbi kering bawang merah sebesar 22,6%, sedangkan untuk tanah Alluvial Brebes, pemupukan nitrogen mampu meningkatkan bobot kering umbi bawang merah berkisar 29,3–49,3% Suwandi et al. 2012. Faktor lain yang menentukan hasil bawang merah adalah faktor genetik varietas. Terdapat interaksi yang nyata antara varietas dan dosis pemupukan NPK terhadap hasil sayuran umbi Ghaffor et al. 2003. Selanjutnya kajian aspek lain menunjukkan bahwa, aplikasi pupuk organik dalam bentuk POC di tanah Alluvial Cirebon mampu mengurangi tingkat emisi GRK pada pertumbuhan bawang maksimum 35 hari setelah tanam HST dan setelah panen bawang dengan penurunan emisi CO2 mencapai sekitar 20%. Peningkatan proporsi pemupukan nitrogen dalam bentuk pupuk ZA memberikan kecenderungan pada penurunan emisi gas CO2 pada setiap fase pertumbuhan tanaman bawang merah di lapangan dengan pengurangan emisi CO2 mencapai 57,4% Suwandi et al. 2012. Penurunan emisi CO2 menjadi penting terkait dengan isu pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca GRK. Emisi GRK sendiri dihasilkan dari alam dan berbagai kegiatan pembangunan terutama dari kegiatan di bidang kehutanan, lahan gambut, limbah, pertanian, transportasi, industri, dan energi. Penurunan emisi CO2 akan mengurangi emisi GRK sehingga dampak negatif dari GRK dapat bertujuan menetapkan dosis pupuk organik, pupuk hayati, dan pupuk NPK berimbang sesuai kebutuhan tanaman untuk peningkatan produksi bawang merah > 15% dari rerata nasional sebesar 9,54 t/ha Pusdatin 2012 dan penurunan emisi GRK CO2 pada dua varietas bawang merah asal umbi. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah kombinasi varietas dengan pupuk NPK, organik, dan hayati yang paling sesuai akan menghasilkan pertumbuhan dan hasil umbi bawang merah yang tinggi serta mampu mengurangi besaran emisi GRK CO2 DAN METODEWaktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dari bulan April sampai Agustus 2014 di lahan petani di sentra produksi bawang merah dataran rendah Cirebon Jawa Barat dengan jenis tanah Alluvial. Rancangan percobaan menggunakan rancangan petak terpisah, dengan tiga ulangan. Petak utama adalah varietas bawang merah A, terdiri atas a1 = varietas Bima dan a2 = varietas Mentes. Anak petak adalah pengelolaan hara B, terdiri atas b1 = 1 dosis 210J. Hort. Vol. 25 No. 3, September 2015 208-221NPK rekomendasi, b2 = 1 dosis NPK rekomendasi + 100 kg/ha NPK Mutiara, b3 = 1 dosis NPK rekomendasi + pupuk organik, b4 = 1 dosis NPK rekomendasi + pupuk organik+ pupuk hayati Biotricho, b5 =½ dosis NPK rekomendasi + pupuk organik, dan b6= ½ dosis NPK rekomendasi + pupuk organik + pupuk hayati. Pupuk NPK rekomendasi yang digunakan adalah pupuk NPK 15-15-15 Phonska dengan dosis 500 kg/ha. Pupuk organik yang digunakan adalah kompos Petroganik C-organik 12,5%, C/N ratio 10–25, pH 4–8, kadar air 4–12% dengan dosis 2,5 t/ha. Jenis pupuk hayati yang digunakan adalah Biotricho yang terdiri atas beberapa jenis isolat Trichoderma yang diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya Suwandi et al. 2013. Pupuk hayati Biotricho dosis 10 kg/ha mengandung biakan Trichoderma sp. 2 x 1010 spora/g media, sedangkan ekstrak C-organik 50 cc/l diperoleh dari hasil ekstraksi pupuk kandang dan tepung batubara dengan larutan KOH 10% menghasilkan kandungan C-organik dalam larutan POC mencapai ≥ 5% Suwandi et al. 2012. Luas satuan petak percobaan yang digunakan adalah 1,5 m x 6 m = 9,0 m2. Cara budidaya tanaman dilakukan sesuai standard budidaya bawang merah hasil penelitian Balitsa, meliputi cara pemeliharaan tanaman, teknik aplikasi pupuk dan pengendalian hama dan penyakit tanaman Parameter yang diamati meliputi 1. Analisis kimia tanah sebelum dan setelah percobaan C-organik, N-total, C/N, pH, P, dan K. Penetapan kandungan C-organik tanah metode Kurmies, N-total dengan Kjedahl, pH dengan pH elektrometrik, P dengan Bray 1, dan K dengan Morgan Venema pH 4, Pertumbuhan tanaman tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, dan bobot kering tanaman pada umur 2, 4, 6, dan 8 minggu setelah tanam MST. Tinggi tanaman diukur dengan meteran dari permukaan tanah sampai titik tumbuh tertinggi. Jumlah daun dan jumlah bunga, dihitung banyaknya daun dan banyaknya anakan per rumpun tanaman. Bobot kering tanaman diukur dengan cara mengeringkan seluruh organ tanaman dalam oven 65oC selama beberapa hari sampai mencapai bobot kering Analisis tanaman serapan NPK. Serapan hara N, P, dan K, yaitu konsentrasi N, P, dan K dalam tanaman x bobot kering tanaman. Konsentrasi N, P, dan K dalam tanaman ditetapkan dengan cara melarutkan ± 250 mg bahan kering tanaman yang ditumbuk dalam H2SO4 dan selanjutnya dioksidasi dengan H2O2. Pengukuran konsentrasi N, P, dan K dilakukan dengan metode Kjedahl, spektrofotometrik, dan  Hasil bawang merah, yaitu bobot umbi segar saat panen dan bobot umbi kering eskip 2 minggu setelah panen dijemur dengan sinar matahari tidak langsung.5. Pengukuran GRK menggunakan IRGA khususnya untuk emisi CO2 pada setiap perlakuan menggunakan tipe VISSALLA, dimana Fluks CO2 dihitung berdasarkan rumusFluks CO2 = p x V/A x Delta CO2/T x 273/T x Alfa mg CO2/m2/jamdimanap = Bobot jenis CO2 1,96 x 106 mg C/m3V = Volume of chamber m3 = 0,0095 m3 V/A = 0,238A = Luas dasar chamber m2 = 0,0398 m2dC/dT = Perubahan konsentrasi CO2 m3/ = t- Absolut o K, t -minimum lapanganAlfa = Koef. konversi CO2 – C = 12/44 = 0,2736. Intensitas serangan hama dan penyakit, dihitung dengan rumus dimana I = Intensitas serangan % n = Jumlah tanaman yang memiliki nilai skor yang sama v = Nilai skor tiap kategori serangan N = Jumlah tanaman yang diamati Z = Nilai skor tertinggi. Nilai skor untuk serangan hama, adalah 0 = Tidak ada serangan1 = Kerusakan tanaman > 0 – ≤ 25%, 3 = kerusakan tanaman > 25 – ≤ 25 – 50%, 5 = kerusakan tanaman > 50 – ≤ 50 –75%, dan 7 = kerusakan tanaman > 75%.Data-data pengamatan dianalisis dengan uji F, sedangkan perbedaan antara perlakuan dianalisis dengan uji Duncan pada taraf nyata 5%.HASIL DAN PEMBAHASANPertumbuhan TanamanTidak terjadi interaksi yang nyata antara varietas dan pengelolaan hara terhadap semua komponen pertumbuhan tanaman tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun, dan bobot kering tanaman bawang n x vN x ZI = x 100% 211Suwandi et al. Efektivitas Pengelolaan Pupuk Organik, NPK, dan Pupuk Hayati ...merah. Dari hasil pengamatan visual keragaan varietas Mentes menunjukkan performa pertumbuhan yang kurang baik dibandingkan dengan varietas 1 menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman bawang merah dipengaruhi secara nyata oleh varietas. Varietas Bima a1 mempunyai tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Mentes a2. Pertumbuhan tinggi tanaman juga dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan pengelolaan hara. Tinggi tanaman pada umur 8 MST paling tinggi diperoleh dengan pemberian 1 dosis NPK rekomendasi + 100 kg/ha NPK Mutiara b3 dan pemberian 1 dosis NPK rekomendasi + pupuk organik + pupuk hayati b4, yang beda nyata bila dibandingkan pengelolaan hara lainnya Tabel 1. Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan pupuk NPK Mutiara dan pupuk organik + pupuk hayati dapat merangsang pertumbuhan tinggi tanaman bawang merah. Kondisi tersebut tampak berkaitan dengan ciri tanah percobaan yang memiliki kandungan N dan C-organik yang rendah sehingga nyata memerlukan penambahan pupuk terutama N yang cukup untuk pertumbuhan tinggi tanaman bawang merah. Tabel 1. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap tinggi tanaman bawang merah Effect of varieties and nutrient managements on plant height of shallotsPerlakuan TreatmentsUmur tanaman Plant ages, MST WAP 2 4 6 8Bima = a1 Mentes = a230,17 a22,18 b33,28 a24,30 b36,17 a26,44 b38,77 a28,53 b1 NPK = b11 NPK + 100 kg NPK-M =b21 NPK + PO = b31 NPK + PO + PH = b4½ NPK + PO = b5½ NPK + PO + PH = b625,45 b24,93 b27,58 a27,58 a25,00 b26,00 ab27,95 b28,23 b30,03 a30,18 a27,90 b28,43 ab30,70 b30,92 b32,45 a32,57 a30,42 b31,40 ab32,45 b33,12 b35,20 a34,95 a32,68 b33,50 bKK CV, % 5,26 4,53 4,03 3,11Angka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada 5% DMRT Values at column followed the same letter are not signicant different at 5% DMRTMST = Minggu setelah tanamWAP = Week after plantingTabel 2. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap jumlah anakan tanaman bawang merah Effects of varieties and nutrients managements on splits number of shallotsPerlakuan TreatmentsUmur tanaman Plant ages, MST WAP2 4 6 8Bima = a1 Mentes = a25,91 a6,91 b6,75 b7,52 a6,94 b7,67 a7,27 b7,81 a1 NPK = b11 NPK + 100 kg NPK-M =b21 NPK + PO = b31 NPK + PO + PH = b4½ NPK + PO = b5½ NPK + PO + PH = b66,25 a6,62 a6,57 a6,42 a6,33 a6,28 a7,05 a7,22 a7,18 a7,18 a7,10 a7,07 a7,12 a7,47 a7,45 a7,38 a7,27 a7,15 a7,42 a7,63 a7,67 a7,58 a7,48 a7,48 aKK CV, % 6,94 5,44 5,51 3,98Angka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada 5% DMRT Values at column followed the same letter are not signicant different at 5% DMRT 212J. Hort. Vol. 25 No. 3, September 2015 208-221Tabel 3. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap jumlah daun tanaman bawang merah Effects of varieties and nutrient managements on leaf number of shallots Perlakuan TreatmentsJumlah daun Leaf number, MST WAP2 4 6 8Bima = a1 Mentes = a217,89 tn19,71 21,59 tn22,0423,98 tn24,7225,64 tn20,061 NPK = b11 NPK + 100 kg NPK-M =b21 NPK + PO = b31 NPK + PO + PH = b4½ NPK + PO = b5½ NPK + PO + PH = b618,90 tn19,2319,4718,8718,2318,1321,33 tn21,9322,6727,7721,2021,0024,07 tn24,6725,3224,4723,8323,7525,43 tn26,5726,3726,1325,3025,30KK CV, % 8,03 7,40 6,02 5,39tn = tidak nyata not signicantAngka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada 5% DMRT Values at column followed the same letter are not signicant different at 5% DMRTTabel 4. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap bobot kering tanaman bawang merah Effects of varieties and nutrient managements on plant dry weight of shallotsPerlakuan TreatmentsBobot kering tanaman Plant dry weight, g/tanaman g/plantDaun Leaf Akar+umbi Root+bulb TotalBima = a1 Mentes = a22,83 tn2,134,97 a2,87 b7,80 a5,00 b1 NPK = b11 NPK + 100 kg NPK-M =b21 NPK + PO = b31 NPK + PO + PH = b4½ NPK + PO = b5½ NPK + PO + PH = b62,16 tn2,792,642,372,412,424,13 tn4,253,923,833,793,616,20 tn7,056,566,276,196,11KK CV, % 15,35 23,32 16,10tn = tidak nyata not signicantAngka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada 5% DMRT Values at column followed the same letter are not signicant different at 5% DMRTPada Tabel 2 tampak bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan tanaman bawang merah. Varietas Mentes menghasilkan jumlah anakan lebih banyak dibandingkan varietas Bima Tabel 2. Perbedaan pengelolaan hara tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan tanaman bawang merah Tabel 2. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Suwandi & Rosliani 2004, Asandhi et al. 2005, Gunadi 2009, Napitupulu & Winarto 2010 bahwa pemberian pupuk organik ataupun pupuk N, P, dan K tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan tanaman bawang merah. Respons jumlah anakan tanaman bawang merah tampaknya lebih banyak ditentukan oleh faktor genetik perbedaan varietas dibandingkan pengaruh faktor pemupukan atau pengelolaan lingkungan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun Tabel 3 dan bobot kering daun Tabel 4, namun berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar + umbi dan bobot kering tanaman total Tabel 4. Bobot kering tanaman total varietas Bima lebih tinggi dibandingkan varietas Mentes. Tabel 3 dan 4 menunjukkan bahwa pengelolaan hara tidak berpengaruh nyata, baik terhadap jumlah daun maupun terhadap bobot kering tanaman bawang merah. 213Suwandi et al. Efektivitas Pengelolaan Pupuk Organik, NPK, dan Pupuk Hayati ...Tampak bahwa pemberian 1 dosis NPK rekomendasi + NPK Mutiara b2, 1 dosis NPK rekomendasi + pupuk organik b3, dan 1 dosis NPK + pupuk organik + pupuk hayati b4 menghasilkan jumlah daun dan jumlah bobot kering tanaman total yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pengelolaan hara lainnya, meskipun tidak berbeda nyata Tabel 3 dan 4. Data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ½ dosis NPK rekomendasi + pupuk organik b5 dan pemberian ½ dosis NPK rekomendasi + pupuk organik + pupuk hayati b6 cukup prospektif dan baik untuk pertumbuhan tanaman bawang merah, karena tidak berbeda nyata menghasilkan bobot kering tanaman hasil fotosintesis dengan perlakuan satu dosis NPK rekomendasi. Hal yang serupa juga didapatkan oleh Rosliani et al. 2004, Widawati et al. 2010, dan Suliasih et al. 2010 bahwa penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati selain dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman, juga dapat mengurangi penggunaan pupuk inorganik NPK.Serapan Hara NPK Tanaman Serapan hara N, P, dan K tanaman bawang merah tidak dipengaruhi secara nyata oleh interaksi antara varietas dan pengelolaan hara. Pada Tabel 5, 6, dan 7 tampak bahwa perbedaan varietas tidak berpengaruh terhadap serapan hara N, P, dan K pada daun bagian atas tanaman, tetapi nyata berpengaruh terhadap serapan hara N, P, dan K pada bagian bawah tanaman akar + umbi dan serapan hara N, P, dan K total bagian atas dan bawah tanaman. Besarnya serapan hara tersebut, erat hubungannya dengan tingginya hasil bobot kering akar + umbi dibandingkan dengan bobot kering bagian atas tanaman atau daun Tabel 4. Kondisi tersebut juga mengindikasikan bahwa sebagian besar hasil fotosintesis telah banyak diakumulasikan pada umbi bawang daripada daun, saat tanaman mencapai umur 45 hari setelah tanam HST. Varietas Bima menyerap hara N, P, dan K lebih banyak dibandingkan varietas Mentes Tabel 5, 6, dan 7.Perbedaan perlakuan pemupukan berpengaruh nyata terhadap serapan hara N daun dan serapan N total tanaman bawang merah, tetapi tidak berpengaruh terhadap serapan N pada akar + umbi. Serapan hara N tertinggi pada daun terdapat pada pemberian 1 dosis NPK rekomendasi + NPK Mutiara b2 yang beda nyata dengan pemberian 1 dosis NPK saja b1, namun tidak beda nyata dengan pemberian 1 dosis NPK rekomendasi + pupuk organik b3 Tabel 5. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan 100 kg/ha NPK Mutiara dan pupuk organik dapat meningkatkan serapan hara N terutama pada daun. Hara N terlibat langsung dalam pembentukan asam amino, protein, asam nukleat, enzim, nucleoprotein, dan alkaloid, yang sangat dibutuhkan untuk proses pertumbuhan tanaman, terutama perkembangan daun, meningkatkan warna hijau daun, serta pembentukan cabang atau anakan Nasreen et al. 2007, Abdissa et al. 2011.Kekurangan hara N dapat membatasi pembelahan dan pembesaran sel Sumiati & Gunawan 2007 serta pembentukan klorol sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan daunnya kekuningan Nurhayati et al. 1986. Tanah Alluvial sebelum percobaan Tabel 5. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap serapan hara N tanaman bawang merah Effects of varieties and nutrient managements on N uptake of shallots plantPerlakuan TreatmentsSerapan hara N tanaman N uptakes by plant mg/tanaman PlantDaun Leaf Akar+umbi Root+bulb TotalBima = a1 Mentes = a259,39 a44,90 a104,18 a55,71 b163,35 a101,62 b1 NPK = b11 NPK + 100 kg NPK-M =b21 NPK + PO = b31 NPK + PO + PH = b4½ NPK + PO = b5½ NPK + PO + PH = b643,75 b62,13 a54,31 ab51,73 b49,36 b51,28 b73,38 tn94,6381,1282,9576,4774,13117,13 b156,77 a135,43 ab134,68 ab125,50 b125,40 bKK CV, % 15,58 20,41 13,90Angka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada 5% DMRT Values at column followed the same letter are not signicant different at 5% DMRT 214J. Hort. Vol. 25 No. 3, September 2015 208-221mengandung hara N yang rendah, yaitu 0,15% Tabel 13 sehingga memerlukan penambahan pupuk N yang cukup banyak untuk merangsang pertumbuhan tanaman yang optimal. Untuk pertumbuhan tanaman yang optimal, sekurang-kurangnya tanah harus mengandung N-total sedang 0,30–0,50% N. Pada Tabel 6 tampak bahwa perlakuan pengelolaan hara tidak berpengaruh nyata terhadap serapan hara P tanaman bawang merah, baik pada daun, akar + umbi ataupun totalnya. Fosfor P adalah salah satu unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan hasil optimum He et al. 2004. P merupakan komponen enzim, protein, ATP, RNA, DNA, dan phityn, yang mempunyai fungsi penting dalam proses-proses fotosintesis, penggunaaan gula dan pati, serta transfer energi. Tidak ada unsur hara lain yang dapat menggantikan fungsi P di dalam tanaman sehingga tanaman harus mendapatkan P yang cukup untuk meningkatkan perkembangan akar dan kandungan karbohidrat tanaman yang akhirnya meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman Singh et al. 2000. Desiensi P menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman lambat, lemah, dan kerdil. Tidak adanya respons yang nyata dari pengelolaan hara NPK, pupuk organik, dan pupuk hayati terhadap serapa P tanaman bawang merah, diduga disebabkan tanah percobaan jenis Alluvial sudah mengandung hara P-tersedia cukup tinggi, yaitu 83,4 ppm P2O5 Tabel 13.Tabel 7 menunjukkan bahwa pengelolaan hara NPK, POC, dan Mikrob berguna tidak berpengaruh terhadap serapan hara K pada daun tanaman bawang Tabel 6. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap serapan hara P tanaman bawang merah Effects of varieties and nutrient managements on P uptake of shallots plantPerlakuan TreatmentsSerapan hara P tanaman P uptakes by plant, mg/tanaman plantDaun Leaf Akar+umbi Root+bulb TotalBima = a1 Mentes = a26,71 tn5,2911,79 a6,72 b18,50 a12,01 b1 NPK = b11 NPK + 100 kg NPK-M =b21 NPK + PO = b31 NPK + PO + PH = b4½ NPK + PO = b5½ NPK + PO + PH = b64,92 tn6,856,375,835,986,088,18 tn10,389,509,379,258,7813,10 tn17,2315,9215,2015,2314,87KK CV, % 15,98 20,19 13,99tn = tidak nyata not signicantAngka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada P=0,05 DMRT Values at column followed the same letter are not signicant different at P= DMRTmerah. Ketersediaan K dalam tanah jarang yang mencukupi untuk mendukung proses-proses penting seperti transportasi gula dari daun ke umbi, aktivitas enzim, sintesis protein, dan pembesaran sel, yang pada akhirnya akan menentukan hasil dan kualitas hasil William & Kafka 1998. Penyerapan K oleh tanaman dari larutan tanah bergantung pada beberapa faktor, antara lain tekstur tanah, kelembaban dan temperatur tanah, pH dan aerasi tanah Mengel & Kirkby 1980. Pada tanah Alluvial tempat percobaan ini tampaknya walaupun kandungan K tanah sudah cukup tinggi Tabel 13 namun penambahan pupuk NPK Mutiara, pupuk organik, dan pupuk hayati masih menunjukkan peran dalam meningkatkan serapan hara K pada bagian atas tanaman daun bawang UmbiTidak terjadi interaksi yang nyata antara varietas dan pengelolaan hara terhadap bobot umbi per tanaman dan hasil umbi bawang merah per plot. Pada Tabel 8 tampak bahwa varietas Bima menghasilkan bobot umbi segar saat panen dan bobot umbi kering 1 dan 2 minggu setelah panen per tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Mentes Tabel 8, dengan perbedaan yang nyata. Begitu pula hasil umbi segar dan hasil umbi kering per plot pada varietas Bima lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Mentes Tabel 9, dengan perbedaan yang nyata. Perbedaaan keragaan kedua varietas bawang merah Bima dan Mentes nyata berbeda dalam hal bobot kering tanaman, serapan hara N, P, dan K tanaman total, dimana varietas Bima memberikan respons tertinggi sehingga dapat menghasilkan produksi umbi lebih 215Suwandi et al. Efektivitas Pengelolaan Pupuk Organik, NPK, dan Pupuk Hayati ...tinggi dibandingkan dengan varietas Mentes Tabel 4, 5, 6, dan 7.Pengelolaan hara tidak nyata berbeda pengaruhnya terhadap hasil umbi segar dan umbi kering per tanaman Tabel 8. Pemberian 1 dosis NPK rekomendasi + pupuk organik + pupuk hayati b3 menghasilkan bobot umbi segar per tanaman dan bobot umbi kering per tanaman paling tinggi, akan tetapi perlakuan tersebut tidak beda nyata dengan pemberian ½ dosis NPK rekomendasi + pupuk organik dengan/tanpa pupuk hayati b5 dan b6 Tabel 8. Hasil tersebut memberikan indikasi bahwa pemberian pupuk organik dengan/tanpa pupuk hayati dapat mengurangi penggunaan pupuk NPK sampai 50%, tetapi tetap perlu memperhatikan kondisi kesuburan lahan usaha Tabel 9 tampak bahwa hasil umbi segar per plot dipengaruhi oleh pengelolaan hara. Hasil umbi segar per plot paling tinggi diperoleh dengan Tabel 7. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap serapan hara K tanaman bawang merah Effects of varieties and nutrient managements on K uptake of shallots plantPerlakuan TreatmentsSerapan hara K tanaman K uptakes by plant, mg/tanaman plantDaun Leaf Akar+umbi Root+bulb TotalBima = a1 Mentes = a2 38,64 tn 31,0967,97 a39,08 b105,60 a70,18 b1 NPK = b11 NPK + 100 kg NPK-M =b21 NPK + PO = b31 NPK + PO + PH = b4½ NPK + PO = b5½ NPK + PO + PH = b625,93 b34,05 a38,05 a34,35 a37,87 a38,95 a43,72 tn51,8856,3055,5658,1755,569,68 b85,93 ab94,35 a89,92 a96,03 a94,45 aKK CV, % 15,43 20,58 13,99tn = tidak nyata not signicantAngka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada 5% DMRT Values at column followed the same letter are not signicant different at 5% DMRTTabel 8. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap bobot umbi bawang merah Effects of varieties and nutrient managements on bulb weight of shallotsPerlakuan TreatmentsBobot umbi segarFresh bulb weightg/tanaman plantBobot umbi kering Dry bulb weight g/tanaman plant1 minggu setelah panen Week after harvest2 minggu setelah panen Week after harvestBima = a1 Mentes = a287,78 a52,50 b48,61 a33,89 b41,45 a27,10 b1 NPK = b11 NPK + 100 kg NPK-M =b21 NPK + PO = b31 NPK + PO + PH = b4½ NPK + PO = b5½ NPK + PO + PH = b669,17 tn69,1776,6771,6763,3370,8340,83 tn41,6742,5041,6740,0040,8333,42 tn33,6536,7034,4833,8033,88KK CV, % 13,70 12,25 10,39tn = tidak nyata not signicantAngka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada 5% DMRT Values at column followed the same letter are not signicant different at 5% DMRT 216J. Hort. Vol. 25 No. 3, September 2015 208-221pemberian 1 dosis NPK rekomendasi + pupuk organik + pupuk hayati b3, yaitu sebesar 20,17 kg/5 m2. Analisis lebih lanjut menunjukkan tidak ada perbedaan hasil umbi kering per plot yang nyata dipengaruhi perlakuan pengelolaan hara. Hal tersebut diduga akibat rataan jumlah hara yang diberikan sampai dengan ½ dosis telah cukup memadai, karena status kesuburan dari lahan, khususnya ketersediaan P dan K sebagai untuk unsur hara utama sudah tergolong cukup lihat Tabel 13. Hasil bobot umbi kering tertinggi diperoleh dengan pemberian ½ dosis NPK rekomendasi + pupuk organik b5, yaitu sebesar 9,86 kg/5 m2. Data hasil ini juga memperkuat hasil-hasil penelitian sebelumnya, bahwa pengurangan dosis pupuk NPK sampai ½ dosis dan penambahan pupuk organik dapat mengurangi susut bobot umbi bawang merah Tabel 10.Susut bobot umbi 1MST varietas Bima lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Mentes, namun 2 MST Tabel 9. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap bobot umbi bawang merah Effects of varieties and nutrient managements on bulb yield of shallotsPerlakuan TreatmentsBobot umbi segarFresh bulb weightkg/plotBobot umbi kering Dry bulb weight, kg/plot1 minggu setelah panen Week after harvest2 minggu setelah panen Week after harvestBima = a1 Mentes = a222,39 a14,28 b12,71 a9,19 b10,87 a7,41 b1 NPK = b11 NPK + 100 kg NPK-M =b21 NPK + PO = b31 NPK + PO + PH = b4½ NPK + PO = b5½ NPK + PO + PH = b617,17 b18,17 ab20,17 a18,67 ab18,00 ab17,83 b10,15 tn11,0011,2010,9111,7210,748,37 tn8,899,649,039,869,03KK CV, % 7,78 16,95 16,63tn = tidak nyata not signicantAngka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada 5% DMRT Values at column followed the same letter are not signicant different at 5% DMRTTabel 10. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap susut bobot umbi bawang merah Effects of varieties and nutrient managements on bulb weight loss of shallotsPerlakuan TreatmentsSusut bobot umbi Loss of bulb weight, %1 minggu setelah panen Week after harvest2 minggu setelah panen Week after harvestBima = a1 Mentes = a242,89 a34,76 b51,68 tn47,94 1 NPK = b11 NPK + 100 kg NPK-M =b21 NPK + PO = b31 NPK + PO + PH = b4½ NPK + PO = b5½ NPK + PO + PH = b639,83 tn38,2642,2540,8534,9236,8450,47 tn50,0652,0251,2046,5848,53KK CV, % 16,93 12,09tn = tidak nyata not signicantAngka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada 5% DMRT Values at column followed the same letter are not signicant different at 5% DMRT 217Suwandi et al. Efektivitas Pengelolaan Pupuk Organik, NPK, dan Pupuk Hayati ...tidak terdapat perbedaan susut bobot umbi yang nyata antara kedua varietas tersebut. Meskipun pengaruh pengelolaan hara tidak berpengaruh nyata terhadap susut bobot umbi, akan tetapi terdapat kecenderungan bahwa pemberian pupuk NPK yang rendah b5 dan b6 dikombinasikan dengan pemberian pupuk organik mampu mengurangi susut bobot umbi bawang merah setelah dikeringkan Tabel 10. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa pemberian pupuk organik dapat meningkatkan kualitas bawang merah dan juga tingkat susut bobot umbi dalam proses penyimpanan Suwandi & Hilman 1992, Suwandi & Rosliani 2014.Pada Gambar 1 tampak bahwa varietas Bima dengan pemberian 1 dosis NPK rekomendasi + pupuk organik b3 menghasilkan bobot umbi segar paling tinggi, yaitu sebesar 24,33 kg/5 m2 setara 29,20 t/ha, sedangkan hasil bobot umbi kering konsumsi pengeringan 1 minggu paling tinggi diperoleh varietas Bima dengan pemberian ½ dosis NPK rekomendasi + pupuk organik b5, yaitu 12,18 kg/5 m2 setara 14,62 t/ha dengan esiensi lahan sebesar 60% Gambar 2. Hal serupa juga terjadi pada bawang merah varietas Mentes, meskipun varietas ini masih memerlukan kajian lebih lanjut dengan kesesuaian lingkungan tumbuhnya. Serangan Hama dan Penyakit Populasi ulat bawang Spodoptera exigua Hubn. per rumpun dan tingkat serangan layu fusarium Fusarium oxysporum Hanz. pada umumnya rendah, baik pada perlakuan varietas ataupun perlakuan pengelolaan hara Tabel 11 dan 12. Tidak terjadi pengaruh yang nyata dari perlakuan varietas maupun pengelolaan hara dalam percobaan ini, karena upaya Tabel 11. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap populasi ulat Spodoptera exigua per tanaman Effects of varieties and nutrient managements on Spodoptera exigua Hubn. population per plantPerlakuan TreatmentsPopulasi Spodoptera/tan Spodoptera population/plant, MST WAP 2 4 6 8Bima = a1 Mentes = a20,90 tn1,640,71 tn0,771,22 tn1,270,59 tn0,561 NPK = b11 NPK + 100 kg NPK-M =b21 NPK + PO = b31 NPK + PO + PH = b4½ NPK + PO = b5½ NPK + PO + PH = b61,13 tn1,221,281,271,581,150,62 tn0,720,770,830,720,801,10 tn1,201,671,381,181,450,47 tn0,700,530,480,680,60KK CV, % 39,32 28,46 17,71 41,45tn = tidak nyata not signicant02468101214b1 b2 b3 b4 b5 b6Hasil umbi kering Dry bulb yield kg/plotPengelolaan hara Nutrient managementsBimaMentesGambar 2. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap hasil umbi kering bawang merah konsumsi Effects of varieties and nutrient managements on dry weight of shallots bulbs0510152025b1 b2 b3 b4 b5 b6Hasil umbi segar Fresh bulb yield kg/plotPengelolaan hara Nutrient managementsBimaMentesGambar 1. Pengaruh perlakuan varietas dan pengelolaan hara terhadap hasil umbi segar bawang merah Effects of varieties and nutrient managements on fresh weight of shallots bulbsPengelolaan hara Nutrient management Pengelolaan hara Nutrient managementHasil umbi segar Fresh bulb yield, kg/plotHasil umbi segar Fresh bulb yield, kg/plot 218J. Hort. Vol. 25 No. 3, September 2015 208-221pengendalian terhadap serangan OPT dilakukan cukup intensif di umum, serangan OPT yang rendah terjadi pada penggunaan pupuk NPK yang rendah. Pemupukan nitrogen yang tinggi menyebabkan ketersediaan nitrogen yang ideal dan lemahnya jaringan daun tanaman sehingga spora cendawan pada awal pertumbuhan dapat menginfeksi tanaman dengan mudah dan dapat mengakibatkan kerusakan serius pada tanaman. Menurut Suryaningsih & Asandhi 1992 pemupukan berimbang dapat mengurangi serangan penyakit Alternaria porii, sedangkan pemupukan N yang tinggi dan bersifat asam mendorong perkembangan penyakit layu fusarium F. oxysporum.Sifat Kimia Tanah Percobaan Jenis AlluvialHasil analisis tanah setelah penelitian Tabel 13 menunjukkan bahwa terjadi penurunan pH tanah kecuali pada perlakuan a2b6, kandungan C-organik tanah mengalami sedikit peningkatan pada semua perlakuan varietas dan pengelolaan hara dibandingkan dengan kondisi tanah awal penelitian. Menurut Abdurachman et al. 1999 perombakan bahan organik yang cepat oleh suhu yang tinggi ditambah curah hujan juga tinggi menyebabkan cepat menurunnya kadar bahan organik tanah. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan bahan organik diperlukan dan tampaknya harus diberikan setiap kali penanaman sayuran agar kandungan C-organik tanah dan produktivitas lahan dapat penelitian kandungan hara P dan K tanah umumnya meningkat pada semua perlakuan varietas dan pengelolaan hara Tabel 13. Hal ini karena kelebihan hara yang berasal dari pupuk organik dengan/tanpa pupuk hayati yang tidak terserap tanaman akan tetap tinggal di dalam tanah Narkhede et al. 2011. Akan tetapi, kandungan N-total tanah umumnya berkurang pada semua perlakuan varietas dan pengelolaan hara Tabel 13. Hal ini dapat disebabkan hara N mudah hilang dari dalam tanah karena pencucian hara, penguapan, dan diserap tanaman. Hasil penelitian Park et al. 2009 menunjukkan bahwa dari hasil aplikasi pupuk mineral dan pupuk organik jangka panjang ternyata pupuk nitrogen nyata sangat penting untuk produksi sayuran, sedangkan pupuk P dapat dikurangi untuk mencegah terjadinya akumulasi P dalam hasil analisis tanah akhir percobaan dapat dikemukan bahwa pemberian pupuk organik, dan pengurangan pupuk NPK sampai 50% dosis rekomendasi, dapat mempertahankan hasil bawang merah dan kesuburan tanah Alluvial. Emisi Gas Rumah Kaca GRKEmisi gas rumah kaca yang diukur setelah perlakuan pemupukan pertama 10 HST, pemupukan kedua 30 HST dan setelah panen bawang umur 56 HST, menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara varietas dengan pelakuan pemupukan terhadap besaran emisi CO2 Gambar 3. Dari gambar tersebut tampak bahwa pada awal pertumbuhan tanaman tampak besaran emisi CO2 pada setiap petak perlakuan sudah cukup tinggi dari kondisi normal, yaitu sekitar 500 ppm kemudian meningkat setelah pemupukan kedua 30 HST dimana pertumbuhan tanaman semakin tinggi, selanjutnya berkurang sedikit pada pengamatan setelah panen. Di sini terlihat bahwa Tabel 12. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap persentase kerusakan tanaman bawang merah oleh layu fusarium Effects of varieties and nutrient managements on percentage plant damages by Fusarium oxysporum Hanz.Perlakuan TreatmentsPersentase kerusakan Percentage plant damages, MST WAP2 4 6 8Bima = a1 Mentes = a20,12 tn0,000,07 tn1,190,67 tn0,530,83 tn1,761 NPK = b11 NPK + 100 kg NPK-M =b21 NPK + PO = b31 NPK + PO + PH = b4½ NPK + PO = b5½ NPK + PO + PH = b60,08 tn0,080,030,020,070,070,13 tn0,030,120,100,200,200,47 tn0,580,680,630,570,681,35 tn1,421,071,401,181,37KK CV, % 6,15 9,89 27,57 21,36tn = tidak nyata not signicant 219Suwandi et al. Efektivitas Pengelolaan Pupuk Organik, NPK, dan Pupuk Hayati ...Tabel 13. Sifat kimia tanah sebelum dan sesudah penelitian Chemical characteristics before and after experimentPerlakuanTreatments pH H2O pH KCl C-organic%N-total% C/N P2O5-OlsenppmK-MorganppmAwal Before experiment6,9 6,0 0,93 0,15 6 83,4 161,8Akhir After experimenta1b1a1b2a1b3a1b4a1b5a1b6a2b1a2b2a2b3a2b4a2b5a2b66,05,86,15,76,56,85,56,35,96,16,86,94,94,75,04,65,45,54,55,35,95,05,75,71,180,981,060,880,941,171,160,991,270,970,991,130,110,100,130,120,100,110,110,120,120,120,100,101110879101081081012129,9114,8102,2 80,2155,6 68,0147,7 99,1194,5 88,5106,9101,0162,7166,7230,2190,5166,7167,1174,6162,4234,7170,7178,6178,6emisi gas CO2 yang dikeluarkan dari tanah meningkat akibat adanya penambahan input pemupukan dan juga pertumbuhan/perkembangan tanaman semusim. Hal ini dapat dijelaskan karena praktek pemupukan bawang merah adalah diaplikasikan dengan ditaburkan pada tanah dan diikuti dengan penyiraman sehingga pupuk N yang larut selain masuk melalui pori tanah juga sebagian menguap karena panas dan ditambah dengan adanya proses respirasi dari tanaman. Aplikasi pupuk semacam itu dianggap esien karena tidak terdapat perbedaan nyata antara pemberian ditaburkan dengan dibenamkan pada tanah terhadap hasil produksi bawang merah Suwandi & Hilman 1992.Selanjutnya dari hasil analisis besaran uks CO2 tampak sekali bahwa pada fase pertumbuhan tanaman masih kecil dan tingkat penutupan kanopi rendah, besaran uks CO2 yang dihasilan cukup signikan tinggi dan menurun dengan meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, termasuk meningkatnya penutupan kanopi tanaman yang diusahakan. Peran pupuk yang bersifat slow release dan juga penggunaan pupuk organik, serta dalam aspek terbatas perlakuan mikroorganisme efektif dapat menekan besaran uks CO2 yang dihasilkan Gambar 4. Perlakuan pupuk NPK majemuk dan pupuk organik seperti terlihat pada perlakuan B3 menghasil penurunan uks CO2 Emisi gas CO2ppm Fluks CO2mg/ha/hari Gambar 3. Besaran emisi gas CO2 pada setiap perlakuan varietas dan pengelolaan hara Magnitude of CO2 emission on shallots each treatment of varieties and nutrient managementsGambar 4. Besaran Fluks CO2 pada setiap perlakuan varietas dan pengelolaan hara Magnitude of CO2 Fluxs on shallots each treatment of varieties and nutrient managements0100200300400500600700A1 A2 B1 B2 B3 B4 B5 B610 hst 30 hst 56 hstEmisi gas CO2 ppm020406080100120140160180A1 A2 B1 B2 B3 B4 B5 B610 hst 30 hst 56 hst10 HST 30 HST 56 HST 10 HST 30 HST 56 HSTEmisi gas CO2 ppm Fluks CO2 mg/ha/hari 220J. Hort. Vol. 25 No. 3, September 2015 208-221nyata berukurang pada fase tanaman berumur 30 hari dan setelah panen dibandingkan dengan fase awal pertumbuhan tanaman. KESIMPULAN DAN SARANTidak terjadi interaksi antara varietas dan pengelolaan hara terhadap pertumbuhan tanaman, serapan hara NPK, dan hasil umbi bawang merah pada tanah Alluvial. Varietas bawang merah Bima menunjukkan pertumbuhan tanaman, serapan hara NPK, dan hasil umbi yang lebih tinggi dibandingkan varietas dosis NPK sampai 50% dengan pemberian pupuk organik/pupuk hayati tidak mengurangi pertumbuhan tanaman, serapan hara NPK, dan hasil umbi bawang merah. Hasil umbi segar per tanaman dan hasil umbi kering per tanaman paling tinggi diperoleh dengan pemberian 500 kg/ha pupuk NPK Phonska + 2,5 t/ha pupuk organik Petroganik+ 10 kg/ha pupuk hayati Biotricho, namun tidak beda nyata dengan pemberian 250 kg/ha NPK Phonska + 2,5 ton/ha pupuk organik Petroganik. Kombinasi varietas Bima dengan pemberian 500 kg/ha pupuk NPK Phonska + 2,5 t/ha pupuk organik Petroganik menghasilkan bobot umbi segar paling tinggi, yaitu sebesar 24,33 kg/5 m2 setara 29,20 t/ha, sedangkan hasil bobot umbi kering paling tinggi diperoleh varietas Bima dengan pemberian 250 kg/ha NPK Phonska + 2,5 pupuk organik Petroganik, yaitu 12,18 kg/5 m2 setara 14,62 t/ha dengan esiensi lahan sebesar 60%. Hasil penelitian meningkatkan produksi bawang merah sebesar 53,25% dari rerata produksi nasional, atau lebih dari 15%. Pemberian 500 kg/ha pupuk NPK Phonska + 2,5 t/ha pupuk organik dapat menghasilkan bobot umbi segar paling tinggi dan mampu menurunkan besaran uks CO2 semasa perkembangan tanaman bawang merah di lapangan. Kombinasi pupuk yang disarankan adalah 250 kg/ha NPK Phonska + 2,5 pupuk organik Petroganik karena menghasilkan bobot kering terbaik. Pengelolaan pupuk organik, NPK, dan pupuk hayati tidak nyata berpengaruh terhadap serangan hama Spodoptera exigua, Hubn, dan juga adanya serangan penyakit Fusarium oxysporum TERIMA KASIHDengan selesainya kegiatan penelitian ini, tim peneliti bawang merah menyampaikan ucapan terima kasih kepada Sdr. Wasri Suherli dan Sdr. Ade Dahlan selaku teknisi dalam penelitian ini, serta Sdr. Maman Aris Martono sebagai petugas POPTPH Kabupaten Cirebon yang telah membantu dalam pengawasan, pengamatan, dan pemeliharaan tanaman di lapangan. DAFTAR PUSTAKA1. Abdissa, Y, Tekallign, T & Pant, LM 2011, Growth, bulb yield, and quality of onion Allium cepa L. as inuenced by nitrogen and phosphorus fertilization on vertisol. I. growth attributes, biomass production and bulb yield’, Afr. J. Agric. Res., vol. 6, no. 14, pp. Abdurachman, A, Juarsah, I & Kurnia, U 1999, Pengaruh penggunaan berbagai jenis dan takaran pupuk kandang terhadap produktivitas tanah Ultisol terdegradasi di Desa Batur, Jambi’, Pros. Seminar Nasional Sumber Daya Tanah, Iklim, dan Pupuk, Puslit Tanah dan Agroklimat, Bogor 6-8 Desember 1999, hlm. Asandhi, AA, Nurtika, N & Sumarni, N 2005, Optimasi pupuk dalam usahatani LEISA bawang merah di dataran rendah’, J. Hort., vol. 15, no. 3, hlm. Ghaffor, AM, Jilani, MS, Khaliq, G & Wassem, K 2003, Effect of different NPK levels on the growth and yield of three onion Allium cepa L. varieties’, Asian, J. of Plant Sciences, vol. 2, no. 3, pp. Ghoname, A & Shafeek, MR 2005, Growth and productivity of sweet pepper Capsicum annuum L. grown in plastic house as affected by organic, mineral and bio-N fertilizers’, Journal of Agronomy, vol. 4, no. 4, pp. Gunadi, N 2009, Kalium sulfat dan kalium klorida sebagai sumber pupuk kalium pada tanaman bawang merah’, J. Hort., vol. 17, no. 1, hlm. He, ZT, Grifn, S & Honey Cut, W 2004, Evaluation of soil phosphorus transformation by sequential, fractionation, and phosphorus hydrolysis’, Soil Science, vol. 169, pp. Leithold, G 1996, The special qualities of humus and nitrogen budget in organic farming’, New Research in Organic Agriculture 11th International Scientic IFOAM Conference, Proceedings, vol. 2, Liferdi 2013, Pengembangan teknologi ramah lingkungan pada budidaya cabai dan bawang merah di Jawa Tengah, Laporan Akhir On Top, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Malgorzata, B & Georgios, K 2008, Physiological response and yield of pepper plant Capsicum annuum L. to organic fertilization’, J. Central European of Agriculture, vol. 9, no. 4, pp. Mengel, K & Kirkby, E 1980, Potassium in crop production’, Adv. Agron., vol. 33, pp. Murbandono, HS 1998, Membuat Kompos, Penebar Swadaya, Napitupulu, D & Winarto, L 2010, Pengaruh pemberian pupuk N dan K terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah’, J. Hort., vol. 20, no. 1, hlm. Narkhede, SD, Attarde, SB & Ingle, ST 2011,’Study on effect of chemical fertilizer and vermicompost on growth of chili pepper plant Capsicum annuum L.’, Journal of Applied Sciences in Environmental Sanitation, vol. 6, no. 3, pp. 327-32. 221Suwandi et al. Efektivitas Pengelolaan Pupuk Organik, NPK, dan Pupuk Hayati ...15. Nasreen, S, Haque, MM, Hosain, MA & Farid, ATM 2007, Nutrient uptake and yield of onion as inuenced by nitrogen and sulphur fertilization, Bangladesh’, J. Agril. Res., vol. 32, no. 3, pp. Nurhayati, H, Nyapa, MY, Lubis, AM, Nugroho, SG, Diha, MA, Go Ban Hong & Bailey, HH 1986, Dasar-dasar ilmu tanah, Penerbit Universitas Lampung, pp. Park, J, InBog, L, Yunlun, K & Kisung, H 2009, Effect of mineral and organic fertilization on yield of hot pepper and changes in chemical properties of upland soil’, Korean Journal of Horticultural Science & Technology, vol. 27, no. 1, pp. Pusdatin 2012, Statistika pertanian 2012 agricultural statistics, Kementerian Pertanian, Reijntjes, C, Haverkort, B & Water-Bayer, A 1999, Pertanian masa depan, pengantar untuk pertanian berkelanjutan dengan input luar rendah, ILEIA, Penerbit Reyes, I, Alvarez, L, El-Ayoubi & Valery, A 2008, Selection and evaluation of growth promoting rhizobacteria on pepper and maize’, Bioagro, vol. 20, no. 1, Rosliani, R, Hidayat, A & Asandhi, AA 2004, Respons pertumbuhan cabai dan selada terhadap pemberian pukan kuda dan pupuk hayati’, J. Hort., vol. 14, no. 4, hlm. Santosa, Prihatini, ET, Kabar, P & Komariah, S 1999, Peranan berbagai bahan sisa panen dan inokulan mikroba pada serapan hara, hasil padi dan sifat kimia tanah’, Pros. Seminar Nasional Sumber Daya Tanah, Iklim dan Pupuk, Bogor, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklima, 6-8 Desember 1999. 23. Singh, JV, Kumar, A & Singh, C 2000, Influence of phosphorus on growth and yield of onion Allium cepa L., Indian’, J. vol. 34, no. 1, pp. Subhan, Hidayat, A & Gunadi, N 1998, Penggunaan pupuk nitrogen dan pupuk kandang ayam pada tanaman cabai di lahan kering’, J. Hort., vol. 8, no. 3, pp. Subhan, Sutarya, R & Fachtullah, D 2012, Optimalisasi penggunaan pupuk majemuk sintetis dengan Trichoderma sp. pada jenis tanah latosol untuk tanaman bawang merah, Laporan Penelitian, Balitsa, Subowo, Subagja, J & Sudjadi, M 1990, Pengaruh bahan organik terhadap pencucian hara tanah Ultisol Rangkasbitung Jawa Barat’, Pemberitaan Penel. Tanah dan Pupuk, vol. 9, hlm. 26-31. 27. Sukristiyonubowo, Mulyadi, Wigena, P & Kasno, A 1999, Pengaruh penambahan bahan organik, kapur dan pupuk NPK terhadap sifat kimia tanah dan hasil kacang tanah’, Pemberitaan Penel. Tanah dan Pupuk, no. 11, hlm. Suliasih, Widawati, S & Muharam, A. 2010, Aplikasi pupuk organik dan bakteri pelarut fosfat untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat dan aktivitas mikroba tanah’, J. Hort., vol. 20, no. 2, hlm. Sumiati, E & Gunawan, OS 2007, Aplikasi pupuk hayati mikoriza untuk meningkatkan serapan unsur hara NPK serta pengaruhnya terhadap hasil dan kualitas hasil bawang merah’, J. Hort., vol. 17, no. 1, hlm. Suryaningsih, E & Ashandi, AA 1992, Pengaruh pemupukan sistem petani dan sistem pemupukan berimbang terhadap intensitas serangan penyakit cendawan pada bawang merah Allium ascalonicum L. varietas Bima’, Bul. Penel. Hort., vol. 24, no. 2, hlm. 19-2631. Suwandi & Hilman, Y 1992, Penggunaan pupuk nitrogen dan triple super phosphate pada bawang merah’, Bul. Penel. Hort., vol. 22, no. 4, hlm. Suwandi & Rosliani, R 2004, Pengaruh kompos, pupuk nitrogen dan kalium pada cabai yang ditumpanggilir dengan bawang merah’, J. Hort., vol. 14, no. 1, hlm. Suwandi, Sumarni, N, Firmansyah, I &Sutarya, R 2012, Teknologi LEISA dalam pengelolaan pupuk in-organik untuk mengurangi emisi gas rumah kaca 50% pada usahatani tanaman pangan/hortikultura dan efektif meningkatkan produktivitas tanaman Suwandi et al., 2015. ...Yuli AtaribabaPetrus Selestinus PetenCarolina Diana MualTanaman sawi hijau Brassica juncea L. merupakan salah satu komoditas hortikultura sayuran daun yang banyak digemari oleh masyarakat karena rasanya enak, mudah didapat, dan budidayanya juga tidak terlalu sulit. Produksi sawi dapat ditingkatkan melalui budidaya yang baik, yaitu pemeliharaan dan pemupukan yang tepat. Pemupukan dengan menggunakan pupuk hayati sangat baik untuk pertumbuhan sawi dengan kualitas yang baik dan dapat meningkatkan produksi sawi caisim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk hayati di Kampung Andai Distrik Manokwari Timur Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat dan efektivitas penyuluhan serta pengaruh faktor karakteristik petani terhadap perubahan pengetahuan petani di Kampung Sidomulyo, Distrik Oransbari, Kabupaten Manokwari Selatan, Provinsi Papua Barat. Metode kajian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok RAK, dengan menggunakan 3 perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuan diuji pada tanaman sawi, variabel yang diukur meliputi luas daun, jumlah daun, tinggi tanaman dan berat segar tanaman. Pelaksanaan penyuluhan diikuti oleh 20 responden dengan materi penyuluhan tentang penggunaan pupuk organik hayati menggunakan metode ceramah, diskusi dan demonstrasi cara. Jumlah skor pada tes awal sebesar 790 point, dengan rata-rata 39,50 point berada pada kriteria cukup. Jumlah skor pada tes akhir sebesar point, dengan rata-rata 55,50 point berada pada kriteria sangat baik. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu Perlakuan pupuk organik hayati dengan dosis 50 cc/10 liter berpengaruh terhadap luas daun, jumlah daun, tinggi tanaman dan berat bersih tanaman sawi Brassica juncea L. bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol dan pupuk urea. Faktor umur, Tingkat pendidikan dan lama bertani secara bersama-sama simultan berpengaruh terhadap perubahan pengetahuan petani dan sasaran penyuluhan namun secara persial tingkat pendididikan dan lama bertani benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan petani sasaran penyuluhan.... Meanwhile, the microorganism/micro-fauna and its constituent ingredients were the formulae of biological fertilizer [3]. The bio-fertilizer that consist of microorganism which can multiply and actively boost the plant's growth could escalate both the plant's quantity and quality [4,5] plays to secure land environment through Nitrogen N's fixation on which land is rich of micro and macronutrients, the mineralize Phosphate P and Kalium K, the extraction of plant's growth regulator [6], and also can reduce the use of NPK fertilizer [7][8][9] reported that bio-fertilizer could give positive impact to various spices and herb such as pepper, clove, ginger, artemisia, coriander, vanilla, fennel which is indicated by an increase in plant's growth parameters height, number, and area of leaves, roots, as well as secondary metabolite compounds produced. ... Hayatiningsih GubaliN AbdullahFarmers tend to use chemical fertilizer to boost their water spinach production. Consumers’ demand for high quality and the chemical-free product should be considered in using less chemical fertilizer. A possible solution is using a safe and eco-friendly bio-organic fertilizer. In general, this study purposes of supporting food security, which can provide food with the best quality and safe to consume by people and not harm the environment. Moreover, this study aims to acknowledge the effectivity of bio-organic fertilizers Petrobio, Marolis, and Fertismart toward the plant’s growth and production of water spinach. This study used the factorial plan in RAL, which consists of 2 factors. First, the bio-organic fertilizer that has 3 stages Petrobio, Marolis, and Fertismar. Second, the use of NPK fertilizer without NPK, 50% used, and 25% used for each trial should pass three times examination. The result shows that using bio-organic fertilizer can affect the plant’s growth and productions, with the evidence of the plant’s height, number of leaves, and plant’s net-masses. Bio-organic could decrease the application of chemical fertilizer; by contrast, it can’t substitute NPK to boost the water spinach production. The best result was from the fertilized plant using Marolis alongside with Euro AndrianAnni Yuniarti Rina DevnitaSweet corn is one of the profitable crops with high prospect in Indonesia. Unfornately corn production in Indonesia remained low. This experiment aimed to determine the effect of biofertilizer application along with N, P and K fertilizer Towards phosphor availability, phosphor uptake, and sweet corn yield. The research was conducted at the experimental field of Soil Chemistry and Plant Nutrition, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran, Jatinangor from October 2020 until January 2021. The experiment design was Randomized Block Design RBD with nine treatments consisted of one control treatment, one N, P and K fertilizer treatment 300 kg/ha Urea, 150 kg/ha SP-36, dan 50 kg KCl, one N, P, and K ¾ + ¾ recommended biofertilizer dose , one dose of N, P, and K ¾ + one recommended biofertilizer dose, one N, P, and ¾ K dose + 1½ recommended biofertilizer dose , one dose of N, P, and one dose of K + ½ recommended biofertilizer dose, one N, P, and one K dose + ¾ recommended biofertilizer dose, one N, P, and one K dose + 1 recommended biofertilizer dose, and one N, P, and one K dose + 1½ recommended biofertilizer dose. The experimental results showed that combination treatments N, P and K fertilizer with biofertilizer has a significant impact on phosphor availability, phosphor uptake, and sweet corn yield. The ¾ N, P and K with one recommended biofertilizer dose, treatment showed the best result on phosphor availability 17,23 ppm, phosphor uptake 0,087 mg/plant, and yield of sweet corn 474,97 g/ Galuh PramantariSaiful BahriPriyono PriyonoPenelitian ini berjudul Pengaruh Dosis Pupuk NPK Dan Seresah Daun Bawang Merah Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah Allium ascalonicum L., penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dosis pupuk NPK dan seresah daun bawang merah terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah, yang dilaksanakan mulai bulan Juli - September 2021. Penelitian dilakukan di Polo, Kenteng, Nogosari, Boyolali dengan ketinggian tempat 152 mdpl. Jenis tanah yang digunakan adalah tanah regosol. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok Lengkap RAKL yang disusun secara faktorial yang terdiri dari 9 perlakuan yang masing – masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk NPK dan seresah daun bawang merah. Data hasil penelitian ini dianalisis dengan uji LSD Least Significant Difference pada taraf 5 % . Parameter – parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, berat brangkasan basah, berat brangkasan kering, jumlah umbi per rumpun, bobot umbi basah per rumpun, bobot umbi kering per rumpun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 Pada fase pertumbuhan tanaman, dosis pupuk NPK dan seresah daun bawang merah memberikan pengaruh pada tinggi tanaman dan jumlah daun. Dosis pupuk NPK 1,2 g/tanaman dan seresah daun bawang merah 100 g/tanaman D2K2, pada tinggi tanaman memberikan hasil terbaik yaitu 43,33 cm dan jumlah daun terbanyak yaitu 47,00 helai. Sedangkan pada berat brangkasan basah dan berat brangkasan kering sedikit mempengaruhi kecenderungan yang memberikan hasil berbeda. Pada berat brangkasan basah dosis pupuk NPK 1,2 g/tanaman dan seresah daun bawang merah 100 g/tanaman D2K2 dengan hasil tertinggi yaitu 14,67 gram dan berat brangkasan kering dosis pupuk NPK 1,6 g/tanaman dan seresah daun bawang merah 150 g/tanaman D3K3 dengan rata-rata tertinggi yaitu 4,00 gram. 2 Pada hasil panen, dosis pupuk NPK 0,8 g/tanaman dan seresah daun bawang merah 150 g/tanaman D1K3 memberikan hasil terbaik pada jumlah umbi yaitu 13,33 buah, berat umbi basah tertinggi yaitu 39 gram, dan berat umbi kering tertinggi yaitu 29,33 gram. Berat umbi total per hektar yaitu 3,3325 ton. Kata kunci NPK, Seresah Daun Bawang Merah, Pertumbuhan, Hasil, Bawang MerahNi Made Delly ResianiI Wayan SunanjayaI Made Rai YasaPests and diseases are one of the obstacles in increasing production and productivity of shallots. The study was conducted in Subak Rejasa Klod, Rejasa Village, Penebel District, Tabanan Regency - Bali Province. Research was conducted in June-November 2019, using a split plot randomized block design. The main plot is shallot varieties V and the subplot of the technical culture innovation P. The main plot V consists of 2 treatment shallots namely Bali Karet V1 and Lokal Tabanan V2 and the plot consisting of 3 treatment of technical culture namely existing P1; improvement P2; and introduction P3. Data on growth components and crop yields are analyzed using diversity analysis and continued with the DMRT test. Analysis of farming businesses was analyzed using B/C ratio and MBCR analysis. The results showed that Spodopthera exigua and Altenaria porri at V1 are lower than V2. The highest dry weight per hectare was obtained in the Bali Karet V1 of 20,89 tons/ha. Introduction technology P3 is the best innovation of dry weight-weight producing per hectare on irrigation land.. The value of B/C ratio and MBCR is and for introduction technology. It was concluded that introduction technology was effective as innovation of pest controllers and main diseases and were able to improve the yield of the Bali Karet variety on irrigation Wahid RaufM. Basir NappuShallot is one of the agricultural commodities whose production needs to be increased in the national food security program framework. One effort to increase yield is by conducting cultivation techniques including, fertilization. The study was objective at determining the dose of complementary liquid fertilizers LCF and interval application time and their interactions to increase the growth and yield of shallots. The study was conducted in Lampoko Village, Barebbo District, Bone Regency, in April-June 2018. The experiment used a factorial randomized block design with two factors. The first factor was the CLF dose at three levels 1,0, 2,0, and 3,0 ml L ⁻¹ and the second factor was an interval of application time at three levels every 5,7, and 9 days. The results showed that the treatment of CLF dose significantly affected plant height and number of leaves. The treatment of the interval of application time significantly involves the number of bulbs, bulbs’ diameter, fresh bulbs weight, and dry bulbs weight. In general, the best growth and production of shallots were obtained in the treatment of LCF with a dose of 2,0 ml L ⁻¹ at an interval of 5 days for once NurdianaSiti Syarah MaesyarohMimin KarmilahPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh berbagai dosis dan konsentrasi pupuk kascing dan POC kascing terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah. Percobaan dilaksanakan di Kampung Andir, Desa Sukalaksana, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut. Ketinggian tempat 480 meter di atas permukaan laut, tekstur tanah di lokasi percobaan adalah lempung berdebu dan pH 5,78. Penelitian ini menggunakan varietas Tuk-Tuk. Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan berdasarkan pada rancangan acak kelompok RAK tunggal, terdiri atas enam perlakuan dan empat ulangan yaitu P1 POC 5cc/liter, P2 = pupuk 1000 g/m2, P3 = pupuk 200 g/ m2 + POC 4cc/liter, P4 = pupuk 400 g/m² + POC 3 cc/liter, P5 = pupuk 600 g/m² + POC 2 cc/liter P6 = pupuk 800g/m² + POC 1 cc/liter. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pupuk organik cair kascing 5cc/liter serta kombinasi pupuk kascing dan pupuk organik cair kascing memberikan pengaruh lebihbaik terhadap tinggi tanmaan, jumlah daun dan bobot basah umbi per plot di bandingkan pemberian pupuk kascing 1000 g/ Aisyawati Eny wahyuning PurwantiThe use of inorganic fertilizers combined organic fertilizer is commonly applied by farmers to increase shallot production. Research was conducted to determine the proper dosage of organic fertilizer which can reduce the use of inorganic fertilizer. The research was conducted at Tawangargo Village, Karangploso district, Malang. The fertilizers were organic fertilizers, enriched with N-fixing bacteria and P solvent bacteria. The research used RCBD where the treatments were combinations of organic and inorganic fertilizers. The dose of organic fertilizer enriched functional microbes was set at 2 t/ha, while the dose for inorganic fertilizer is a combination of 600 kg/ha NPK+200 kg/ha SP36+400 ZA+100 kg/ha ZK. As comparison, farmers applied organic fertilizer from cow manure and without fertilization as control. The results showed that standard dose 100% inorganic fertilizer 1,300 kg/ha + 100% standard dose 2,000 kg/ha microbial-enriched organic fertilizer increased RAE 2% that produced t/ha dry shallots in comparison with the farmer control. By dose of 2 t/ha of organic fertilizer enriched with functional microbes, the results will be equivalent to local organic fertilizer of 10,000 kg/ha and it is more effective than local organic fertilizers from cow SuwandiRahmat Sutarya Wiwin Setiawatip>Penggunaan mikrob efektif sebagai komponen habitat alam mempunyai peran dan fungsi penting mendukung keberhasilan usahatani ramah lingkungan, melalui proses seperti dekomposisi dan mineralisasi senyawa organik, fiksasi hara, pelarut hara, dan nitrifikasi hara tanaman. Penelitian bertujuan untuk mengeksplorasi dan mengisolasi sumber daya hayati lokal berupa cendawan berguna sebagai pupuk hayati pelarut fosfat untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman sayuran. Eksplorasi dilaksanakan di daerah sentra produksi sayuran dataran tinggi dan dataran rendah mulai Bulan Juli sampai dengan Desember 2011. Metode pengambilan contoh tanah dilakukan secara komposit pada areal pertanaman sayuran dengan kondisi pertanaman sehat, kemudian cendawan berguna dari contoh tanah diisolasi dan diseleksi di Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Jenis cendawan yang diidentifikasi pada media tumbuh ialah Aspergillus dan Penicillium, sedangkan pengujian efektivitasnya dilakukan pada pertanaman di rumah sere. Dari hasil eksplorasi ditemukan spesies cendawan potensial yang berguna sebagai pelarut fosfat sebanyak 20 isolat dari spesies Aspergillus spp. dan tiga isolat spesies Penicillium spp.. Adapun 12 isolat lainnya tergolong spesies cendawan Trichoderma sp. yang tidak termasuk mikrob pelarut fosfat. Beberapa spesies cendawan teridentifikasi sebagai pelarut fosfat mempunyai indeks melarutkan fosfat IMP yang cukup tinggi, yaitu isolat Kb-3-lg-as-1, Bm14-mj-pe-1, dan Cb9-gt-as-3 dengan nilai IMP > 2,50. Hasil uji efektivitas spesies cendawan Aspergillus spp. dan Penicillium spp. memberikan pengaruh/rangsangan positif terhadap pertumbuhan tanaman tomat, kubis, dan beet.

Gresik| Petrokimia Gresik, perusahaan Solusi Agroindustri anggota holding Pupuk Indonesia kembali meluncurkan tiga pupuk baru untuk pertanian Indonesia, yaitu Petro ZA Plus, Phosgreen, dan pupuk organik Petroganik Premium.. Peluncuran ditandai dengan penandatangan ketiga kemasan pupuk oleh jajaran Board of Directors (BOD) dalam acara panggung hiburan "Petrophoria 50: Beyond

Pupuk Phonska merupakan salah satu jenis pupuk yang cukup terkenal di dunia pertanian. Pupuk ini mengandung berbagai unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Tidak hanya itu, jenis pupuk yang satu ini pun mampu menjadikan tanaman yang sedang dibudidayakan tumbuh subur dengan produktivitas serta panen yang cukup melimpah. Jenis pupuk tersebut memang telah banyak digunakan dan menjadi pilihan para dalam Pupuk PhonskaPupuk Phonska merupakan salah satu jenis pupuk anorganik yang mendapatkan subsidi dari pemerintah. Oleh sebab itu harga dari pupuk yang satu ini cukup terjangkau dan mampu oleh dibeli berbagai kalangan yang satu ini merupakan pupuk majemuk, di mana terdapat berbaga unsur hara peting yang dibutuhkan oleh tanaman yang dibudidayakan. Hingga saat ini, pupuk tersebut pun masih menjadi andalan dan sudah terkenal luas di pasaran. Dalam hal ini, kehadiran pupuk phonska memang sangat membantu para petani untuk melakukan perawatan pada apa saja kandungan yang berada dalam jenis pupuk yang satu ini?Phospat P15%Nitrogen N 15%Kalium k 15%Kadar air maksimal 2%Sulfur S atau belerang 10%Umumnya petani yang menggunakan pupuk yang satu ini adalah para petani padi. Tanaman padi yang dihasilkan lewat perawatan menggunakan pupuk phonska biasanya menghasilkan bulir-bulir yang terbilang lebih ini tersedia dalam dua ukuran kemasan yang mampu menjadi pilihan, yaitu dalam kemasan 20 kg dan dalam kemasan 50 kg. Walaupun banyak digunakan dan menjadi andalah dalam dunia pertanian, ternyata jenis pupuk yang satu ini pun memang tidak dijual secara itu dapat terjadi? Produk pupuk yang satu ini merupakan pupuk bersubsidi, sehingga dalam sistem penjualannya pun juga dilakukan menggunakan sistem yang tertutup. Pada umumnya, para petani yang bisa mendapatkan jenis pupuk anorganik yang satu ini adalah para petani yang masuk dalam kelompok tani di Phonska memang produk pupuk yang cukup baik bagi budidaya tanaman, terutama padi. Hal ini karena banyaknya unsur hara makro penting yang terkandung di dalamnya. Selain itu, pupuk yang satu ini pun mudah diserap oleh Pupuk Phonska Bagi Budidaya TanamanJenis pupuk phoska itu sendiri bersifat higroskopis, maka mudah sekali terhisap dan larut dalam air dan juga tanaman yang dibudidayakan. Maka dari itu banyak sekali manfaat yang akan didapatkan karena bisa menjadikan tanaman tumbuh dan berkembang dengan ini adalah manfaat dari penggunaan pupuk phosnka bagi tanaman yang sedang dibudidayakanMenjadikan batang tanaman semakin kuat, sehingga tanaman tidak akan mudah memacu pertumbuhan generatif sekaligus vegetatif pada tanaman yang proses pembentukan pati pada tanaman sehingga dapat dengan sekaligus produksi gula akan semakin memicu tumbuhnya akar tanaman sehingga pertumbuhan tanaman pun berlangsung dengan tanaman lebih sehat dan lebih hijau dalam daya tahan tanaman lebih kuat pada saat musim memicu pembentukan buah dan juga bunga pada budidaya menjadikan umbi, buah, dan juga biji lebih kandungan protein yang dibutuhkan oleh dari pupuk phonska itu sendiri memang sudah teruji, teruma bagi tananam padi karena banyak yang menggunakannya. Akan tetapi banyak jenis pupuk lainnya yang dapat digunakan dalam menghasilkan produksi panen yang melimpah, salah satunya adalah dengan menggunakan pupuk-pupuk dari Agronasa.
Sebelumnya pada Juli 2022, Petrokimia Gresik juga telah mengoperasikan pabrik pupuk majemuk Phonska Alam. Produk ini merupakan yang pertama di Indonesia yang memproduksi pupuk NPK untuk pertanian organik. "Kami akan terus berinovasi dan bekerja untuk mengatasi hambatan dan tantangan di usia setengah abad perusahaan," tutup Dwi Satryo Annurogo.
FilterRumah TanggaTamanPerawatan HewanPerawatan KucingPerawatan BurungMasukkan Kata KunciTekan enter untuk tambah kata produk untuk "pupuk phonska" 1 - 60 dari NPK Phonska Plus 15 15 15 Petro pupuk phonska plus BlitarBALIBU OFFICIAL STOREAdTerlarisPUPUK PN KRISTAL 1 KG KEMASAN PABRIK KNO3 PUTIH PAK BaratMilkyku 1 rb+AdPUPUK KHUSUS DURIAN - SK 3%Jakarta TimurATSIS Official 2 rb+AdPUPUK NPK PHONSKA PLUS 15 15 15 KEMASAN PABRIK 25 BaratMilkyku 60+AdPupuk NPK Phonska Plus 151515 1Kg BlitarCV SUMBER TANI1 Kg Repack Pupuk NPK Phonska BaratToko Pertanian 500+Pupuk NPK 15 15 15 Phonska Plus Kemasan Repack SelatanHIPPO GROW 30+PUPUK NPK PHONSKA PLUS 15 15 15 KEMASAN PABRIK 25 BaratMilkyku 60+pupuk npk phonska 1 13500 Gram Repack Pupuk NPK Phonska BaratToko Pertanian 28
ረቁχаզ բоμሁηиτ ухЧумуцупе скεб вωկиሻՓադωξθգ ጺпаδዚԽδижուкт ежентуճጄле
ሀжешы υՀоላ щутՕնαռըβևпуδ ςэреруքοнይዩаբեչаш диснинумኇ σаይеча
Обиሐ ктωнεкኞպո даврοչеդΨ шаЕхորеηቭв ዱኚхМιвраዢաгуሾ лахա
Н о иΗኔծа δоլիфеኔВ ሻጺΕֆևшև оψаդሓмሤκ
Ծ аչ ыዢիጧуእисեκУցоβиշуኞ μунтԷсኁφеβጠде ωЕстеջቤк խцիриւиտу
ዖфυበ жጼсаሀрсуլоροбω ዙցևኄКешուср մарጪЖаտω тο ጿзαቲ
AGRICA 10 (1) : 8 - 16(2017) ©Fakultas Pertanian Universitas Flores ISSN : 1979-0368 Ende NTT - Indonesia 8 PENGARUH PUPUK NPK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TUMPANG SARI CABAI (Capsicum annum L.) DAN BAWANG MERAH (Allium cepa L.) Josina I.B.Hutubessy
Phonska Plus Untuk Bawang Merah Pupuk Phonska merupakan tidak benar satu type pupuk yang memadai populer di dunia pertanian. Pupuk ini punya kandungan beraneka unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Tidak cuma itu, model pupuk yang satu ini pun bisa menjadikan tanaman yang tengah dibudidayakan tumbuh subur dengan produktivitas serta panen yang memadai melimpah. Jenis pupuk tersebut sebetulnya telah banyak digunakan dan menjadi pilihan para petani. Pupuk Phonska merupakan keliru satu tipe pupuk anorganik yang mendapatkan subsidi dari pemerintah. Oleh dikarenakan itu harga dari pupuk yang satu ini cukup terjangkau dan dapat oleh dibeli bermacam kalangan petani. Pupuk yang satu ini merupakan pupuk majemuk, di mana terdapat beraneka unsur hara perlu yang diperlukan oleh tanaman yang dibudidayakan. Hingga waktu ini, pupuk tersebut pun tetap menjadi andalan dan udah kondang luas di pasaran. Dalam perihal ini, Kedatangan pupuk phonska sesungguhnya benar-benar mendukung para petani untuk melaksanakan perawatan pada tanamannya. Umumnya petani yang memanfaatkan pupuk yang satu ini adalah para petani padi. Tanaman padi yang dihasilkan melalui perawatan gunakan pupuk phonska biasanya membuahkan bulir-bulir yang terbilang lebih berisi. Pupuk Phonska ini terasa diproduksi di awal tahun 2000 dan resmi dijual ke keseluruh Indonesia di bulan agustus tahun 2000. Pupuk ini ada dalam dua ukuran kemasan yang sanggup jadi pilihan, yakni dalam kemasan 20 kg dan didalam kemasan 50 kg. Walaupun banyak digunakan dan jadi andalah di dalam dunia pertanian, ternyata tipe pupuk yang satu ini pun sebenarnya tidak dijual secara bebas. Mengapa itu sanggup terjadi? Produk pupuk yang satu ini merupakan pupuk bersubsidi, agar didalam sistem penjualannya pun juga ditunaikan memakai sistem yang tertutup. Pada umumnya, para petani yang dapat mendapatkan style pupuk anorganik yang satu ini adalah para petani yang masuk di dalam grup tani di desanya. Pupuk Phonska memang product pupuk yang cukup baik bagi budidaya tanaman, lebih-lebih padi. Hal ini karena banyaknya unsur hara makro perlu yang terdapat di dalamnya. Selain itu, pupuk yang satu ini pun gampang diserap oleh menjual pasaran pupuk ini berkisar Wajar saja banyak petani yang pilih untuk pakai pupuk tipe ini untuk tanaman-tanaman mereka. Karena kualitas berasal dari pupuk ini termasuk udah di uji dan hasil tanaman yang diberikan pupuk ini jadi lebih baik. Kandungan Pupuk Phonska 15-15-15 Memiliki takaran Sulfur S 10% Memiliki persentase Phosphat P2O5 15% Memiliki kadar Nitrogen N 15% Memiliki persentase Kalium K2O 15% Berbentuk butiran granul berwarna merah muda Memiliki sifatt higroskopis mudah larut sehingga mudah diserap oleh akar tanaman. Mempunyai Kandungan Zinc atau Seng Zn sebesar part per million ppm Perlu diketahui terhitung bahwa menambahkan unsur hara mikro Seng inilah yang membedakan pada pupuk NPK Phonska Plus dengan pupuk NPK Phonska bersubsidi biasa. Pupuk NPK Phonska Plus ini kebanyakan dikemas bersama dengan berat bersih 25 kg, memiliki wujud granul, dan punya wana putih dan berupa higroskopis yaitu gampang larut di dalam air. dan mempunyai banyak unsur hara didalamnya. Manfaat dan Fungsi Pupuk Phonska Berikut penjelasan perihal fungsi pupuk phonska bagi tanaman Batang tanaman dapat semakin kuat supaya tanaman tidak bakalan enteng roboh Bisa tambah besar ukuran umbi, buah dan terhitung biji Mampu mempengaruhi proses pembentukan buah dan termasuk bunga Dapat mempengaruhi kekuatan tahan tanaman dapat kekeringan pun semakin meningkat Kekuatan energi tahan tanaman akan kekeringan pun lebih meningkat Mampu memacu dan mempengaruhi adanya pertumbuhan generatif dan vegetatif Proses pembentukan sari pati sekaligus gula yang dapat makin lama lancar Mampu memengaruhi sistem tumbuhnya akar tanaman Tanaman pun bakalan lebih sehat dan lebih hijau Kandungan protein terhadap tanaman semakin lama semakin meningkat. Manfaat dari pupuk phonska itu sendiri sebetulnya udah teruji, teruma bagi tananam padi sebab banyak yang menggunakannya. Akan namun banyak jenis pupuk lainnya yang dapat digunakan di dalam membuahkan memproses panen yang melimpah keliru satunya adalah Pupuk NPK Mutiara. Kekurangan Pupuk Phonska Selain berbagai kelebihan yang dimiliki oleh pupuk ini ternyata tetap terkandung sebagian kekurangan yang ditemukan pada pupuk ini. Pastinya kekurangan tidak cuma berlaku terhadap pupuk Phonska saja melainkan untuk beraneka style pupuk yang lainnya. 1. Dapat Merusak Unsur Hara Tanah Tanpa disadari oleh para petani bahwa perlindungan pupuk ini dengan berbagai macam takaran yang terdapat didalamnya dapat memberi tambahan dampak tidak baik bagi tanah, dikarenakan unsur hara alami tanah bakal jadi rusak atau kalah dengan bahan sintetis. Keadaan seperti ini menyebabkan tanah yang semula subur dan bagus untuk beragam tanaman tidak dapat ulang produktif. Karena suasana miskin hara telah banyak berjalan di lahan pertanian. Ditambah lagi bersama dengan para petani yang pengetahuannya masih minim untuk meninggalkan pupuk organik layaknya pupuk kandang dan pupuk hijau. Padahal, pemanfaatan pupuk organik tidak berpengaruh terhadap takaran unsur hara alami. 2. Sifat Asam Tanah Berkurang Penggunaan pupuk Phonska ini terkecuali dilaksanakan berkesinambungan dan didalam jangka yang panjang bakal mengakibatkan kesuburan tanah berkurang. Dan tanah juga nantinya tidak bakal bermanfaat secara maksimal dikarenakan sudah benar-benar banyak menyerap bahan-bahan kima. 3. Berkurangnya Penyerapan Air Oleh Tanah Petani yang bijak ialah petani yang sanggup sesuaikan bagaimana caranya agar tanah yang ditanami senantiasa terjaga bersama dengan baik. Walaupun sebenarnya udah benar-benar sering sekali mengfungsikan pupuk-pupuk yang berbahan kimia. Akibatnya kemampuan tanah dalam menyerap air dapat semakin berkurang terkecuali tidak diimbangi bersama penggunaan pupuk organik gunanya untuk menetralisirkan unsur hara yang terdapat dalam tanah. Kesimpulan Meskipun punyai beraneka manfaat, tetapi jikalau penggunaan pupuk phonska tidak terpecahkan berlebihan justru akan sebabkan kerusakan terhadap tanah. Bahan tambahan yang ada pada pupuk phonska mampu mengakibatkan kerusakan sifat-sifat tanah dan mengakibatkan kerusakan unsur hara organik di dalam tanah. Maka dari itu penggunaannya tidak boleh berlebihan. Jika pupuk phonska digunakan didalam jangka kala yang panjang dan secara terus menerus tanpa diimbangi dengan pupuk organik maka akan kurangi kebolehan tanah didalam menyerap air. Sehingga lama kelamaan tanah jadi kering dan tandus. Pemberian pupuk ini bersama beraneka persentase tambahannya akan membawa dampak unsur hara alami tanah jadi rusak atau kalah dengan bahan sintetis. Kondisi ini mengakibatkan tanah yang mula-mula subur dan baik untuk beragam tanaman tidak bisa kembali produktif. Keadaan miskin hara telah berjalan di banyak lahan pertanian. Petani dengan pengetahuan yang tidak cukup lumayan meninggalkan pupuk organik seperti pupuk kandang dan pupuk hijau. Padahal, pemakaian pupuk organik tidak berpengaruh pada persentase unsur hara alami. Mengetahui apa itu pupuk phonska beserta kegunaan dan kekurangannya sangatlah penting. Apalagi, type pupuk ini tawarkan banyak kelebihan dimana salah satunya adalah harganya yang tidak mahal dan sanggup menaikkan hasil memproses dari pertanian. Untuk pemesanan Pupuk NPK dan Pembenah Tanah berkualitas bisa mengunjungi website rekanan kami di Pusat Pupuk Murah dengan alamat website Post Views 13 Post navigation
Pupukkalsium banyak dipakai untuk menetralkan kadar pH tanah. Selain itu manfaat kalsium ialah untuk menekan pertumbuhan jamur patogen, meransang pembentukan akar dan memperkuat organ tanaman. Kalsium akan membantu proses penyerbukan sekaligus mencegah kerontokan bunga dan buah.
Harga Pupuk Phonska Plus Untuk Bawang Merah Pupuk Phonska merupakan salah satu jenis pupuk yang memadai populer di dunia pertanian. Pupuk ini mempunyai kandungan beraneka unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Tidak hanya itu, type pupuk yang satu ini pun bisa menjadikan tanaman yang sedang dibudidayakan tumbuh subur bersama produktivitas dan juga panen yang cukup melimpah. Jenis pupuk selanjutnya sebenarnya sudah banyak digunakan dan jadi pilihan para petani. Pupuk Phonska merupakan salah satu model pupuk anorganik yang mendapatkan subsidi berasal dari pemerintah. Oleh karena itu harga dari pupuk yang satu ini memadai terjangkau dan dapat oleh dibeli beraneka kalangan petani. Pupuk yang satu ini merupakan pupuk majemuk, di mana terdapat berbagai unsur hara penting yang diperlukan oleh tanaman yang dibudidayakan. Hingga kala ini, pupuk berikut pun tetap menjadi andalan dan telah terkenal luas di pasaran. Dalam perihal ini, Kedatangan pupuk phonska sebenarnya benar-benar menunjang para petani untuk laksanakan perawatan pada tanamannya. Umumnya petani yang manfaatkan pupuk yang satu ini adalah para petani padi. Tanaman padi yang dihasilkan melalui perawatan memakai pupuk phonska umumnya menghasilkan bulir-bulir yang terbilang lebih berisi. Pupuk Phonska ini mulai diproduksi di awal th. 2000 dan formal dijual ke keseluruh Indonesia di bulan agustus tahun 2000. Pupuk ini ada di dalam dua ukuran kemasan yang bisa jadi pilihan, yaitu di dalam kemasan 20 kg dan didalam kemasan 50 kg. Walaupun banyak digunakan dan jadi andalah dalam dunia pertanian, ternyata type pupuk yang satu ini pun sebetulnya tidak dijual secara bebas. Mengapa itu dapat terjadi? Produk pupuk yang satu ini merupakan pupuk bersubsidi, agar dalam sistem penjualannya pun terhitung dikerjakan pakai sistem yang tertutup. Pada umumnya, para petani yang dapat memperoleh tipe pupuk anorganik yang satu ini adalah para petani yang masuk didalam kelompok tani di desanya. Pupuk Phonska sebetulnya produk pupuk yang cukup baik bagi budidaya tanaman, lebih-lebih padi. Hal ini dikarenakan banyaknya unsur hara makro penting yang terkandung di dalamnya. Selain itu, pupuk yang satu ini pun ringan diserap oleh menjual pasaran pupuk ini berkisar Wajar saja banyak petani yang pilih untuk pakai pupuk type ini untuk tanaman-tanaman mereka. Karena mutu dari pupuk ini juga sudah di uji dan hasil tanaman yang diberikan pupuk ini jadi lebih baik. Kandungan Pupuk Phonska 15-15-15 Memiliki persentase Sulfur S 10% Memiliki takaran Phosphat P2O5 15% Memiliki kandungan Nitrogen N 15% Memiliki persentase Kalium K2O 15% Berbentuk butiran granul berwarna merah muda Memiliki sifatt higroskopis mudah larut sehingga gampang diserap oleh akar tanaman. Mempunyai Kandungan Zinc atau Seng Zn sebesar part per million ppm Perlu diketahui juga bahwa penambahan unsur hara mikro Seng inilah yang membedakan antara pupuk NPK Phonska Plus dengan pupuk NPK Phonska bersubsidi biasa. Pupuk NPK Phonska Plus ini kebanyakan dikemas bersama dengan berat bersih 25 kg, punyai bentuk granul, dan miliki wana putih dan berupa higroskopis yakni mudah larut dalam air. dan punya banyak unsur hara didalamnya. Manfaat dan Fungsi Pupuk Phonska Berikut penjelasan mengenai manfaat pupuk phonska bagi tanaman Batang tanaman dapat tambah kuat sehingga tanaman tidak bakalan ringan roboh Bisa makin besar ukuran umbi, buah dan juga biji Mampu memengaruhi proses pembentukan buah dan terhitung bunga Dapat mempengaruhi daya tahan tanaman dapat kekeringan pun makin lama meningkat Kekuatan daya tahan tanaman dapat kekeringan pun lebih meningkat Mampu memacu dan pengaruhi ada pertumbuhan generatif dan vegetatif Proses pembentukan sari pati sekaligus gula yang akan makin lancar Mampu memengaruhi proses tumbuhnya akar tanaman Tanaman pun bakalan lebih sehat dan lebih hijau Kandungan protein pada tanaman makin lama jadi meningkat. Manfaat berasal dari pupuk phonska itu sendiri sesungguhnya telah teruji, teruma bagi tananam padi dikarenakan banyak yang menggunakannya. Akan namun banyak jenis pupuk lainnya yang bisa digunakan dalam menghasilkan mengolah panen yang melimpah salah satunya adalah Pupuk NPK Mutiara. Kekurangan Pupuk Phonska Selain berbagai kelebihan yang dimiliki oleh pupuk ini ternyata tetap terdapat sebagian kekurangan yang ditemukan terhadap pupuk ini. Pastinya kekurangan tidak hanya berlaku terhadap pupuk Phonska saja melainkan untuk bermacam style pupuk yang lainnya. 1. Dapat Merusak Unsur Hara Tanah Tanpa disadari oleh para petani bahwa perlindungan pupuk ini bersama dengan beraneka macam takaran yang terdapat didalamnya dapat menambahkan pengaruh tidak baik bagi tanah, dikarenakan unsur hara alami tanah dapat menjadi rusak atau kalah bersama bahan sintetis. Keadaan seperti ini mengakibatkan tanah yang mula-mula subur dan bagus untuk beraneka tanaman tidak bisa lagi produktif. Karena situasi miskin hara sudah banyak terjadi di lahan pertanian. Ditambah lagi bersama para petani yang pengetahuannya masih minim untuk meninggalkan pupuk organik layaknya pupuk kandang dan pupuk hijau. Padahal, pemakaian pupuk organik tidak berpengaruh pada kandungan unsur hara alami. 2. Sifat Asam Tanah Berkurang Penggunaan pupuk Phonska ini jika dijalankan terus-menerus dan di dalam jangka yang panjang akan sebabkan kesuburan tanah berkurang. Dan tanah termasuk nantinya tidak dapat bermanfaat secara maksimal gara-gara udah amat banyak menyerap bahan-bahan kima. 3. Berkurangnya Penyerapan Air Oleh Tanah Petani yang bijak ialah petani yang dapat menyesuaikan bagaimana caranya agar tanah yang ditanami senantiasa terjaga bersama baik. Walaupun sesungguhnya udah terlalu kerap sekali memakai pupuk-pupuk yang berbahan kimia. Akibatnya kekuatan tanah di dalam menyerap air bisa makin lama menyusut kecuali tidak diimbangi bersama dengan pemakaian pupuk organik gunanya untuk menetralisirkan unsur hara yang terdapat dalam tanah. Kesimpulan Meskipun punyai berbagai manfaat, namun jikalau pemanfaatan pupuk phonska tidak terpecahkan berlebihan justru akan membuat kerusakan pada tanah. Bahan tambahan yang ada terhadap pupuk phonska dapat menyebabkan kerusakan sifat-sifat tanah dan mengakibatkan kerusakan unsur hara organik di dalam tanah. Maka berasal dari itu penggunaannya tidak boleh berlebihan. Jika pupuk phonska digunakan didalam jangka kala yang panjang dan secara konsisten menerus tanpa diimbangi dengan pupuk organik maka dapat kurangi kapabilitas tanah dalam menyerap air. Sehingga lama kelamaan tanah menjadi kering dan tandus. Pemberian pupuk ini bersama dengan bermacam kadar tambahannya dapat menyebabkan unsur hara alami tanah menjadi rusak atau kalah bersama bahan sintetis. Kondisi ini memicu tanah yang mula-mula subur dan baik untuk beraneka tanaman tidak sanggup ulang produktif. Keadaan miskin hara udah berjalan di banyak lahan pertanian. Petani bersama pengetahuan yang kurang memadai meninggalkan pupuk organik seperti pupuk kandang dan pupuk hijau. Padahal, pemakaian pupuk organik tidak berpengaruh pada persentase unsur hara alami. Mengetahui apa itu pupuk phonska beserta faedah dan kekurangannya sangatlah penting. Apalagi, style pupuk ini tawarkan banyak kelebihan dimana salah satunya adalah harganya yang murah dan dapat tingkatkan hasil memproses berasal dari pertanian. Untuk pemesanan Pupuk NPK dan Pembenah Tanah berkualitas bisa mengunjungi website rekanan kami di Pusat Pupuk Murah dengan alamat website Post Views 11 Post navigation Dosispupuk untuk tanaman bawang merah 2.000 kg Petroganik, 800 kg PHONSKA dan 400 kg ZA per ha. Satu hari sebelum tanam, bedengan disiram agam gembur dan umbi bibit tidak luka saat ditanam. Kebutuhan umbi bibit 800 - 1000 kg per ha. Umbi bibit sudah didormansi selama 3-4 bulan, dengan tanda dibelah sudah nampak bakal tunas yang berwarna hijau.
Shallots is one of the important commodities in Indonesia. Demand for these commodities always increases along with population growth. To fulfill this demand, the production of shallots must always be increased. One way to increase the production of shallots is by fertilizing. This study aims to determine the dosage of NPK fertilizer which gives the best results for the growth and yield of shallots. The study was carried out in Sentani District, Papua Province, from November 2016 until March study used the Randomized Complete Block Design RCBD with three treatments NPK Phonska fertilization NPK 15-15-15 composition and four repplication. NPK fertilizer used were 1 NPK 300 kg/ha, 2 250 kg/ha, and 3 200 kg/ha. The meterials used were shaloot bulbs Keta Monca cultivar. The plot size was 1 x 5 m, with a spacing of 15 x 15 cm. NPK fertilizer was given at the age of 14 and 30 days after planting respectively with the dose of ½. The variables observed were plant height, leaf number, bulbs number per sample, diameter of bulbs, dry weight bulb per hectare The results showed that the treatment of NPK fertilizer dosage did not give a significant effect on almost all observation variables except on the dry weight of eskip bulb, where the treatment dose of 200 kg/ha NPK fertilizer gave the highest yield compared to other treatments. When observed from the growth components and production components, the dose of NPK fertilizer 200 kg/ha is the most consistent to provide better growth and yield. Figures - uploaded by Rohimah Handayani Sri LestariAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Rohimah Handayani Sri LestariContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 2, Juni 2019 Halaman 163-169 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545 PENGARUH DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH, KABUPATEN JAYAPURA, PAPUA Effect Of NPK Fertilizer Dosage On Growth And Yield Of Shallot, District Jayapura, Papua Rohimah Lestari dan Fransiskus Palobo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Papua Jl. Yahim Sentani – Jayapura Telp.0967 592179 faks. 591235. E-mail rohimahhsl Article Submitted 03-04-2019 Article Accepted 06-05-2019 ABSTRACT Shallots is one of the important commodities in Indonesia. Demand for these commodities always increases along with population growth. To fulfill this demand, the production of shallots must always be increased. One way to increase the production of shallots is by fertilizing. This study aims to determine the dosage of NPK fertilizer which gives the best results for the growth and yield of shallots. The study was carried out in Sentani District, Papua Province, from November 2016 until March study used the Randomized Complete Block Design RCBD with three treatments NPK Phonska fertilization NPK 15-15-15 composition and four repplication. NPK fertilizer used were 1 NPK 300 kg/ha, 2 250 kg/ha, and 3 200 kg/ha. The meterials used were shaloot bulbs Keta Monca cultivar. The plot size was 1 x 5 m, with a spacing of 15 x 15 cm. NPK fertilizer was given at the age of 14 and 30 days after planting respectively with the dose of ½. The variables observed were plant height, leaf number, bulbs number per sample, diameter of bulbs, dry weight bulb per hectare The results showed that the treatment of NPK fertilizer dosage did not give a significant effect on almost all observation variables except on the dry weight of eskip bulb, where the treatment dose of 200 kg/ha NPK fertilizer gave the highest yield compared to other treatments. When observed from the growth components and production components, the dose of NPK fertilizer 200 kg/ha is the most consistent to provide better growth and yield. Key words shallot, dosage, fertilizer, NPK. PENDAHULUAN Bawang merah merupakan komoditi hortikultura yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Komoditas ini banyak dibutuhkan terutama sebagai pelengkap bumbu masakan guna menambah cita rasa dan kenikmatan masakan, selain itu dapat digunakan sebagai bahan baku obat-obatan, memiliki banyak vitamin dan berperan sebagai aktivator enzim di dalam tubuh. Napitupulu et al, 2010; Jurgiel dan Janina, 2008; Sufyati et al, 2006. Permintaan komoditas ini selalu meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Untuk memenuhi permintaan tersebut maka produksi bawang merah harus selalu ditingkatkan. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi bawang merah adalah pemupukan. Teknologi pemupukan merupakan salah satu faktor penentu di dalam meningkatkan produksi tanaman Putra, 2012. Daya adaptasi bawang merah termasuk luas karena dapat tumbuh dan menghasilkan umbi di dataran rendah hingga dataran tinggi. Keragaman tanah dan lingkungan yang ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 2, Juni 2019 Halaman 163-169 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545 cukup tinggi di Indonesia menyebabkan kebutuhan hara NPK berbeda dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Untuk menentukan kebutuhan hara NPK spesifik lokasi secara tepat pada bawang merah maka perlu diuji lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang optimum. Pada umumnya bawang merah banyak diusahakan di dataran rendah pada jenis tanah Alluvial 71%, sedangkan di dataran medium pada jenis tanah Latosol 16%, dan di dataran tinggi pada jenis tanah Andisol atau asosiasi Andisol-Latosol 13%. Sumarni et al, 2012. Tanaman perlu input pupuk NPK sebagai sumber energi untuk proses pertumbuhannya Gardner et al. 1985. Unsur N, P, dan K merupakan faktor penting dan harus selalu tersedia bagi tanaman, karena berfungsi sebagai proses metabolisme dan biokimia sel tanaman Nurtika & Sumarni 1992. Nitrogen sebagai pembangun asam nukleat, protein, bioenzim, dan klorofil Sumiati 1989. Fosfor sebagai pembangun asam nukleat, fosfolipid, bioenzim, protein, senyawa metabolik, dan merupakan bagian dari ATP yang penting dalam transfer energi Sumiati 1983. Kalium mengatur keseimbangan ion-ion dalam sel, yang berfungsi dalam pengaturan berbagai mekanisme metabolik seperti fotosintesis, metabolisme karbohidrat dan translokasinya, sintetik protein berperan dalam proses respirasi dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit Hilman & Noordiyati 1988. Aplikasi pupuk NPK dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu bisa dengan menggunakan pupuk tunggal maupun pupuk majemuk. Penggunaan pupuk majemuk dapat menutup kekurangan pupuk tunggal. Pupuk majemuk memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupuk tunggal, yaitu mengandung lebih dari satu jenis hara, lebih praktis dalam pemesanan, transportasi, penyimpanan, dan aplikasinya di lapangan. Keuntungan lain dari penggunaan pupuk majemuk tersebut adalah lebih homogen dalam penyebaran pupuk Vidya et al, 2016. Pupuk NPK nitrogen phosphate kalium merupakan pupuk majemuk cepat tersedia yang paling dikenal saat ini. Salah satu jenis pupuk yang mengandung unsur hara N, P, K dan banyak dijual di kios pertanian saat ini adalah pupuk Phonska. Pupuk Phonska merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur hara primer N, P dan K dengan komposisi NPK 15-15-15 mengandung 15% N, 15% P205 dan 15% K20. Keberadaan pupuk majemuk ini bisa menjadi salah satu alternatif di tengah kelangkaan pupuk SP36 yang terjadi akhir-akhir ini dan mahalnya pupuk Kalium ditingkat petani. Penggunaan pupuk NPK Phonska 250 kg/ha+2,5 ton /ha pupuk organik Petroganik dapat meningkatkan hasil umbi segar per tanaman dan hasil umbi kering pertanaman Suwandi et al. 2015 Agar tercapai efisiensi dalam penggunaannya, maka penggunaan pupuk NPK perlu diuji di lapang untuk mendapatkan dosis yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil bawang merah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan dosis yang tepat bagi pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan Pebruari-April 2017 di Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak kelompok faktor tunggal dengan tiga perlakuan dosis pemupukan NPK Phonska komposisi NPK 15-15-15 yaitu 1 NPK 300 kg/ha, 2 250 kg/ha, dan 3 200 kg/ha. Semua perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Varietas bawang merah yang digunakan adalah varietas Keta Monca. Ukuran petak percobaan masing-masing perlakuan adalah 1 x 5 m, dengan jarak tanam 15 x 15 cm. Pemupukan dilakukan pada umur 14 dan 30 hari setelah tanam HST masing-masing setengah dosis perlakuan. Peubah yang diamati adalah komponen pertumbuhan dan produksi yaitu ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 2, Juni 2019 Halaman 163-169 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545 tinggi tanaman cm, jumlah daun, jumlah umbi, diameter umbi cm, bobot umbi/tanaman g, bobot kering eskip per hektar t/ha. Data hasil kajian dianalisis dengan sidik ragam, jika hasil analisis ragam berbeda nyata maka dilanjutkan dengan Uji Duncan DMRT pada taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Wilayah dan Iklim Menurut data BPS Kabupaten Jayapura 2018, Kabupaten Jayapura yang terdiri dari 19 distrik terletak diantara 1390-1400Bujur Timur dan diantara 20-30Lintang Selatan. Distrik Kaureh dengan luas Km2merupakan distrik terluas di Kabupaten Jayapura atau sekitar 24,88 persen dari luas keseluruhan Kabupaten Jayapura dan distrik Sentani Barat merupakan distrik yang luasnya terkecil dengan luas sekitar 129,2 Km2atau sekitar 0,74 persen dari luas Kabupaten Jayapura. Keadaan iklim di Papua sangat dipengaruhi oleh topografi daerah. Sedangkan kondisi iklimnya terbilang ekstrim karena sering berubah-rubah. Besarnya curah hujan mempengaruhi kadar air tanah, aerasi tanah dan kelembaban udara. Gambaran rataan kisaran curah hujan dan hari hujan tertera pada Gambar 1. Gambar 1. Kisaran curah hujan dan hari hujan Kabupaten Jayapura Tahun 2017. Sumber Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah V Jayapura, 2018 Selama pelaksanaan penelitian dari bulan Februari sampai dengan April, curah hujan berkisar antara 59-202 mm/bulan dan jumlah hari hujan 17-18 hari. Sedangkan suhu berkisar antara 24,9-32,40C. Kondisi iklim tersebut menunjukkan bahwa bawang merah dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di lokasi penelitian. Menurut Balitsa 2010, suhu lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal bawang merah pada suhu 25-350C dengan curah hujan antara 300-2500 mm/tahun. Komponen Pertumbuhan Pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun dilakukan pada saat 30 HST dan saat panen. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati sebagai indikator untuk pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diberikan. Menurut Sitompul dan Guritno 1995, tinggi tanaman 23820259172123 13222417222112116519218 17 172214182312 14192226050100150200250051015202530Curah Hujan mm Hari Hujan ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 2, Juni 2019 Halaman 163-169 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545 merupakan parameter yang paling mudah dilihat. Hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman 30 HST dan saat panen terhadap perlakuan dosis NPK dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap tinggi tanaman cm pada umur 30 HST dan saat panen Perlakuan 30 hst cm Saat panen cm NPK 200 a a NPK 300 a a KK% Keterangan Angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak beda nyata pada taraf uji DMRT 5% Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan dosis NPK tidak memberikan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan tinggi tanaman bawang merah. Tinggi tanaman pada 30 HST dan saat panen memiliki tinggi yang hampir sama. Rata-rata tinggi tanaman varietas ini tidak terlalu tinggi yaitu 26,69 cm, hal ini sesuai dengan deskripsinya yaitu berkisar antara 25-44 cm. Selain tinggi tanaman, jumlah daun juga merupakan parameter pertumbuhan tanaman yang penting untuk diamati, karena daun merupakan organ tanaman untuk penyerapan dan pengubahan energi cahaya matahari melalui proses fotosintesis, dimana hasil dari proses tersebut sebagai sumber penghasil makanan yang digunakan untuk pertumbuhan. Sitompul dan Guritno 1995, menyatakan bahwa pengamatan daun sangat diperlukan sebagai indikator pertumbuhan dan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi seperti pada pembentukan biomassa tanaman. Peningkatan jumlah daun dapat meningkatkan luas daun sehingga berpotensi meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Tabel 2. Pengaruh Dosis Pupuk NPK terhadap Jumlah Daun pada Umur 30 HST dan Saat Panen Perlakuan 30 hst cm Saat panen cm NPK 200 3,46 a 9,08 a NPK 250 3,00 a 7,75 a NPK 300 2,88 a 8,08 a KK% 16,96 8,43 a Keterangan Angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak beda nyata pada taraf uji DMRT 5% Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah daun tidak dipengaruhi secara nyata oleh dosis pemupukan. Secara statistik, semua perlakuan mempunyai jumlah daun yang sama banyak, namun berdasarkan nilai rata-ratanya perlakuan dosis pupuk NPK 200 kg/ha mempunyai jumlah daun yang lebih banyak dibanding perlakuan pemupukan lainnya baik itu pada umur 30 hst maupun saat panen. Jumlah daun yang lebih banyak secara tidak langsung akan mempengaruhi hasil tanaman bawang merah. Terlihat dari umbi yang dihasilkan pada perlakuan tersebut memiliki bobot kering umbi eskip paling tinggi dibanding perlakuan lainnya Tabel 3. ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 2, Juni 2019 Halaman 163-169 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545 Komponen Produksi Bobot kering umbi eskip dipengaruhi oleh beberapa komponen hasil yaitu jumlah umbi, diameter umbi dan bobot umbi per rumpun. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk NPK tidak memberikan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan jumlah umbi, diameter umbi dan bobot umbi per rumpun namun berpengaruh nyata pada bobot kering umbi eskip Tabel 3. Pengaruh Dosis Pupuk NPK terhadap Jumlah Umbi per Rumpun, Diameter Umbi cm, Bobot Umbi/Rumpun g, dan bobot kering umbi eskip t/ha Perlakuan Jumlah umbi/rumpunDiameter umbi cm Bobot umbi /rumpun g Bobot kering umbi eskip t/ha NPK 250 a a a b NPK 300 a a a b KK% Keterangan Angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak beda nyata pada taraf uji DMRT 5% Tabel 3 menunjukan bahwa jumlah umbi bawang merah pada semua perlakuan tidak berbeda nyata. Namun jika dilihat dari nilai rata-ratanya terlihat bahwa perlakuan dosis NPK 300 kg/ha memiliki jumlah umbi per rumpun yang lebih banyak dibanding dengan perlakuan lainnya yaitu 8,12. Namun jumlah umbi yang lebih banyak tidak menyebabkan meningkatnya bobot kering jemur umbi. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan bahwa jumlah umbi per rumpun berhubungan dengan produksi umbi di mana semakin banyak umbi per rumpun maka semakin tinggi produksinya, justru perlakuan dosis 200 kg/ha yang memberikan bobot kering jemur paling tinggi dibanding perlakuan lainnya, sedangkan perlakuan dosis pupuk NPK 250 dan dosis pupuk 300 kg/ha mempunyai bobot kering umbi eskip yang tidak berbeda nyata. Tingginya bobot kering umbi eskip pada perlakuan dosis 200 kg/ha karena didukung rata-rata diameter umbi dan bobot umbi per rumpun yang lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya. Secara umum perlakuan pemupukan dosis NPK 200 kg/ha memberikan pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. Terlihat dari komponen pertumbuhan dan hasil yang lebih baik dari perlakuan dosis pupuk NPK 250 kg/ha dan 300 kg/ha Tabel 1, 2 dan 3. Hal ini mengindikasikan bahwa dosis 200 kg/ ha merupakan dosis yang tepat untuk tanaman bawang merah. Karena unsur hara N, P, dan K tersedia dalam jumlah yang cukup untuk tanaman. Suatu tanaman dapat tumbuh subur apabila scgala elemcn yang dibutuhkan bcrada dalam keadaan cukup dan sesuai untuk diserap tanaman. Kekurangan hara N dapat membatasi pembelahan dan pembesaran sel Sumiati & Gunawan 2007 serta pembentukan klorofil sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan daunnya kekuningan Nurhayati et al. 1986. Defisiensi P menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman lambat, lemah, dan kerdil Suwandi et al. 2015, sedangkan kekurangan unsur K akan menghambat proses-proses penting seperti transportasi gula dari daun ke umbi, aktivitas enzim, sintesis protein, dan pembesaran sel, yang pada akhirnya akan menentukan hasil dan kualitas hasil William & Kafkafi ,1998 KESIMPULAN Perlakuan pemberian dosis pupuk NPK tidak memberikan pengaruh yang nyata di hampir semua variabel pengamatan kecuali pada bobot kering umbi eskip, ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 2, Juni 2019 Halaman 163-169 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545 dimana perlakuan dosis pupuk NPK 200 kg/ha memberikan hasil yang paling tinggi dibanding perlakuan lainnya. Bila diperhatikan dari komponen pertumbuhan maupun komponen produksi, dosis pupuk NPK 200 kg/ha paling konsisten memberikan pertumbuhan dan hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Balitsa. 2010. Budidaya Bawang Merah. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hortikultura. BMKG. 2018. Data Curah Hujan Kabupaten Jayapura. Jayapura Gardner, F. P., R. B. Pearce, and R. L. Mitchell. 1985. Physiology Of Crop Plants. The Iowa State University Press. Ames, Iowa 50010. USA. p. 82-84 Hilman, Y dan I. Noordiyati. 1988. Pengujian Pemupukan P Dan K Berimbang Pada Tanaman Bawang Putih Di Tanah Sawah. Bul. Penel. Hort. 161 48-54. Jurgiel, G. and S. Janina. 2008. The Effect Of Nitrogen Fertilization On Content Of Microelements In Selected Onions. J. Elementol. 132 227-234 Napitupulu, D dan L. Winarto. 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk N Dan K Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah. J. Hort. 201 27-35 Nurhayati., H. Nyapa., Lubis., Nugroho., Diha., Hong & Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Penerbit Universitas Lampung 212-302 pp Nurtika, N dan N. Sumarni. 1992. Pengaruh Sumber, Dosis Dan Waktu Aplikasi Pupuk Kalium Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tomat. Bul Penel. Hort. 22 1 96-101. Putra, S. 2012. Pengaruh Pupuk NPK Tunggal, Majemuk, Dan Pupuk Daun Terhadap Peningkatan Produksi Padi Gogo Varietas Situ Patenggang. Jurnal Agrotrop. 21 55-61 Vidya., Suparman dan Karjo. 2016. Kajian Pupuk Majemuk PK Terhadap Produksi Bawang Merah Di Lahan Berpasir Dataran Rendah. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 890-895. Sitompul, S. M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta. 412 pp Sufyati, Y., S. Imran dan Fikrinda. 2006. Pengaruh Ukuran Fisik Dan Jumlah Umbi Per Lubang Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah Allium ascalonicum L.. 2 43 -54 Sumarni, N., R. Rosliani, dan Basuki. 2012. Respons Pertumbuhan, Hasil Umbi, Dan Serapan Hara NPK Tanaman Bawang Merah Terhadap Berbagai Dosis Pemupukan NPK Pada Tanah Alluvial. J. Hort. 224 366-375 Sumiati, E .1983. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Dan Pupuk Daun, Biokimia Terhadap Hasil Tanaman Tomat Lysopersicum Esculentum Mill L.. Bul. Penel. Hort. 103 21-27. Sumiati, E. 1989. Pengaruh Mulsa Jerami, Naungan Dan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Hasil Buah Tomat Kultivar Berlian. Bul. Penel. 18-31. ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 2, Juni 2019 Halaman 163-169 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545 Sumiati, E dan Gunawan. 2007. Aplikasi Pupuk Hayati Mikoriza Untuk Meningkatkan Serapan Unsur Hara NPK Serta Pengaruhnya Terhadap Hasil Dan Kualitas Hasil Bawang Merah. J. Hort. 171 34-42. Suwandi., Sopha dan M. P. Yufdy. 2015. Efektivitas Pengelolaan Pupuk Organik, NPK, Dan Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah. J. Hort. 25 3 208-221 William, L and U. Kafkafi. 1998. Intake And Translocation Of Potassium And Phosphate By Tomatoes By Late Spray Of KH2PO4 MKP’, NRC. Cairo Egypt, Proceeding of symposium of fertilization. Atechnique to improve production and decrease pollutan. ... Selain itu, jika dilihat dari kandungan K tersedia tanah pada analisis dasar tanah menunjukkan hasil yang rendah yaitu 0,14. Berdasarkan hal tersebut, pada lokasi penelitian tergolong kurang baik untuk dilakukan penanaman karena unsur N, P dan K merupakan faktor penting karena digunakan sebagai sumber energi dalam proses pertumbuhan tanaman Rohimah, 2019 sehingga perlu dilakukan pemberian pupuk untuk membantu ketersediaan hara tanah dalam menunjang peningkatan dalam produksi tanaman. ...Onion has become one of the popular horticulture commodities in Indonesia due to the crop having several benefits. Consequently, the demand for onions in Indonesia increases annually. In contrast, the supply of onion fluctuates because of unstable onion production. One of the factors that affect unstable onion production is soil fertility degradation. Therefore, the study aimed to analyze the effect of different doses of inorganic fertilizer compounds on the chemical properties of soil, plant growth and production. The field research was conducted in the experimental land of the Faculty of Agriculture, Brawijaya University, located in Jatimulyo Village, Lowokwaru District, Malang City. This study could not detect a significant difference in fertilization doses on onion plant growth but could increase the yield and tiller numbers. The highest values of tillers number, tuber fresh weight and tuber dry weight were observed for the treatment of 50% basal fertilizer + 150% compound inorganic fertilizer and the lowest production of biomass, tillers number, wet weight, and tuber dry weight was on treatment control.... Manfaat lain dari penggunaan pupuk majemuk adalah pemupukan lebih merata Vidya et al., 2016. Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang paling banyak digunakan saat ini Lestari & Palobo, 2019. ...Supandji SupandjiEdy KustianiAgus PurwantoThis study aimed to determine the effect of Phonska NPK fertilizer on the growth and production of asparagus beans Vigna sinensis L. A hypothesis is that applying Phonska NPK fertilizer at a 200 kg/ha dose is suspected to affect the growth and yield of long beans Vigna sinensis L. This research was carried out in rice fields in Gempolan Village, Gurah District, Kediri Regency, East Java Province, from November 2020 to February 2021. The study was carried out using a simple Randomized Block Design RAK experimental method, repeated three times with one factor. Phonska NPK fertilizer dosage treatment P consists of 7 levels P0 = Without Phonska NPK fertilizer. P1 = Phonska NPK administration with a dose of 50 kg hectare-. P2 = Phonska NPK administration with a dose of 100 kg hectares-1 =. P3 = Phonska NPK administration at a dose of 150 kg ha-1. P4 = Phonska NPK administration at a dose of 200 kg ha-1. P5 = Phonska NPK administration at a dose of 250 kg ha-1. P6 = Phonska NPK administration at a dose of 300 kg ha-1 . The results showed that the application of Phonska NPK fertilizer significantly affected the observations of plant height, number of leaves, number of flowers per plant, number of pods per plant, weight of consumption pods per plant, and weight of consumption pods per hectare. The highest yield was achieved at a 200 kg NPK Phonska/ha fertilizer dose for a plant height of cm. The number of leaves was pieces. Phonska NPK fertilizer treatment at a 200 kg/ha dose resulted in 20,750 flowers, 112,500 pods per plant, 616,250 grams per plant weight, and 27,385 tons per hectare production per hectare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan Phonska NPK terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang panjang Vigna sinensis L. Penelitian dilakukan di lahan persawahan milik petani di Desa Gempolan, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. November 2020 hingga Februari 2021. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen Rancangan Acak Kelompok RAK, satu faktor dan diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan dosis pupuk Phonska NPK P meliputi 7 taraf, P0= kontrol, P1= pemberian NPK Phonska dengan dosis 50 kg hektar-1 , P2= pemberian NPK Phonska dengan dosis 100 kg hektar-1 , P3= pemberian NPK Phonska dengan dosis 150 kg hektar-1 , P4= pemberian NPK Phonska dengan dosis 200 kg hektar-1 , P5= pemberian NPK Phonska dengan dosis 250 kg hektar-1 , P6= pemberian NPK Phonska dengan dosis 300 kg hektar-1 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan NPK Phonska memberikan pengaruh sangat nyata terhadap nilai pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bunga, dan jumlah polong per tanaman. Berat polong yang dapat dimakan per tanaman dan berat polong yang dapat dimakan per hektar. Hasil terbaik ditunjukkan oleh dosis pupuk 200 kg/ha untuk tinggi tanaman sebesar 237,75 cm, jumlah daun sebanyak 111,50 buah. Perlakuan dosis pupuk NPK Phonska dengan dosis 200 kg/ha menghasilkan jumlah bunga sebesar buah, jumlah polong per tanaman sebesar 112,500 buah, berat polong sebesar 616,25 gram per tanaman dan produksi tiap hektar sebesar 27,38 ton/ha.... Agar pertumbuhan dan hasil umbi bawang dayak lebih tinggi maka pertumbuhan harus cepat dan optimal. Tanaman perlu pupuk NPK sebagai sumber hara untuk proses pertumbuhannya Gardner dkk., 1985, Lestari & Palobo, 2019Rambe dkk., 2020. Aplikasi pupuk NPK dalam jumlah cukup dan berimbang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil umbi Jaya, 1994;Purba, 2014;Al-juthery, & Al-Shami, 2019;Krestini, dkk., 2020. ...Titin Apung AtikahTatik WardiyatiEllis Nihayati Doppy Roy NendissaDayak onions Eleutherine palmifolia Merr are a potential commodity that has many health benefits, so it has a high economic value. However, this Dayak onion plant has not received much attention in cultiva¬tion technology, especially fertilization. So far, this onion has grown relying on nature, while the land has diminished its fertility. This study tested a combination of chicken manure and NPK fertilizer to obtain the optimal composition to increase the productivity of Dayak onions. This study used a factorial randomized block design with 3 replications. The first factor consists of the treatment of chicken manure O1 = control, O2 = 10 and O3 = 20 The second factor consists of NPK fertilizer K1 = control, K2 = 100 Urea + 150 SP 36 + 200 KCl, K3 = 200 Urea + 150 SP 36 + 200 KCl, and K4 = 300 Urea + 150 SP 36 + 200 KCl. The results showed that there was an interaction effect between the composition of chicken manure and NPK on the number of leaves, fresh weight of tubers, and dry weight of tubers per clump but did not affect the growth of plant height. The yield of Dayak bulbs of g / clump was obtained in the composition of chicken manure of 20 with an NPK of 200 Urea + 150 SP 36 + 200 KCl. From an economic perspective, the composition is very efficient and feasible, which is indicated by R / C> 1, namely which means that with a certain unit cost, it can get times the revenue. Muchdar SoedarjoSeperti pada tanaman lainnya, pemupukan dengan NPK, hara makro dan mikro lainnya dimaksudkan untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil umbi porang. Unsur hara mikro biasanya diberikan dalam bentuk pupuk yang diberikan melalui penyemprotan, seperti Gandasil. Kajian dilaksanakan di rumah paranet dan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk NPK dan pupuk Gandasil terhadap pertumbuhan dan hasil umbi porang di tanah Alfisol. Kajian menggunakan dosis pupuk NPK + ZA dan kombinasi pupuk NPK + ZA dengan Gandasil sebagai perlakuan dan masing-masing perlakuan disusun dalam rancangan acak kelompok dengan 4 kali ulangan. Data dari semua parameter pengamatan dianalisis dengan menggunakan standar deviasi SD dari 4 ulangan. Hasil kajian menunjukkan bahwa tinggi tanaman dan diameter batang pada umur 25 hari setelah tanam HST dan 50 HST tidak dipengaruhi oleh pemupukan. Pemupukan dengan 200 kg NPK/ha dan 400 kg ZA/ha menghasilkan bobot kering daun, bobot kering batang, diameter umbi, ketebalan umbi dan bobot basah umbi porang tertinggi. Penggunaan pupuk Gandasil melalui tanah tidak diperlukan karena tidak meningkatkan pertumbuhan dan hasil umbi porang di tanah Alfisol. Muchdar SoedarjoSeperti pada tanaman lainnya, pemupukan dengan NPK, hara makro dan mikro lainnya dimaksudkan untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil umbi porang. Unsur hara mikro biasanya diberikan dalam bentuk pupuk yang diberikan melalui penyemprotan, seperti Gandasil. Kajian dilaksanakan di rumah paranet dan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk NPK dan pupuk Gandasil terhadap pertumbuhan dan hasil umbi porang di tanah Alfisol. Kajian menggunakan dosis pupuk NPK + ZA dan kombinasi pupuk NPK + ZA dengan Gandasil sebagai perlakuan dan masing-masing perlakuan disusun dalam rancangan acak kelompok dengan 4 kali ulangan. Data dari semua parameter pengamatan dianalisis dengan menggunakan standar deviasi SD dari 4 ulangan. Hasil kajian menunjukkan bahwa tinggi tanaman dan diameter batang pada umur 25 hari setelah tanam HST dan 50 HST tidak dipengaruhi oleh pemupukan. Pemupukan dengan 200 kg NPK/ha dan 400 kg ZA/ha menghasilkan bobot kering daun, bobot kering batang, diameter umbi, ketebalan umbi dan bobot basah umbi porang tertinggi. Penggunaan pupuk Gandasil melalui tanah tidak diperlukan karena tidak meningkatkan pertumbuhan dan hasil umbi porang di tanah bawang merah memerlukan ketersediaan hara nitrogen N, fosfor P, dan kalium K dalam jumlah yang cukup dan berimbang di dalam tanah untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan kebutuhan pupuk N, P, dan K optimum untuk dua varietas bawang merah pada jenis tanah Alluvial. Penelitian lapangan dilakukan di daerah Ciledug-Cirebon Jawa Barat, dari Bulan Juli sampai dengan Oktober 2009. Rancangan percobaan yang digunakan ialah petak terpisah dengan tiga ulangan. Petak utama ialah varietas bawang merah, terdiri atas varietas Bima Curut dan Bangkok. Anak petak yaitu dosis pupuk N, P, dan K, terdiri atas 11 kombinasi dosis N-P2O5-K2O yang disusun secara terpusat central design. Kisaran dosis pupuk yaitu 0–270 kg/ha N, 0–180 kg/ha P2O5, dan 0–180 kg/ha K2O. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara varietas dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan tanaman dan serapan NPK tanaman bawang merah, sedangkan hasil umbi bawang merah dipengaruhi oleh interaksi antara varietas dan dosis pupuk NPK. Dosis pupuk N, P, dan K optimum untuk varietas Bima Curut ialah 146 kg/ha N, 111 kg/ha P2O5, dan 100 kg/ha K2O dengan tingkat hasil umbi kering eskip rerata 25,77 t/ha, sedangkan dosis pupuk N, P, dan K optimum untuk varietas Bangkok ialah 248 kg/ha N, 98 kg/ha P2O5, dan 103 kg/ha K2O dengan tingkat hasil umbi kering eskip rerata 35,44 t/ha. Untuk menghasilkan hasil umbi kering eskip maksimum, varietas Bima Curut menyerap 64,26 kg/ha N, 18,03 kg/ha P2O5, dan 123,39 kg/ha K2O yang diperoleh dengan pemberian pupuk sebanyak 180 kg/ha N, 120 kg/ha P2O5, dan 60 kg/ha K2O, sedangkan varietas Bangkok menyerap 69,65 kg/ha N, 22,88 kg/ha P2O5, dan 149 kg/ha K2O yang diperoleh dengan pemberian pupuk sebanyak 270 kg/ha N, 120 kg/ha P2O5, dan 120 kg/ha K2O. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk NPK dan hasil umbi bawang merah. Shallots plants need balance of NPK nutrient supply in soil to get optimally plant growth and bulb yield. This experiment was conducted at a farmer field in Ciledug-Cirebon, West Java Province, from July until October 2009. The objective of this experiment was to find out the optimum dosage of NPK fertilizer application for two shallots varieties on Alluvial soil type. A split plot design with three replications was used. Two shallots varieties Bima Curut and Bangkok were assigned to main plot, and 11 combinations of N-P2O5-K2O dosages were assigned to subplot. The range of N, P, and K dosages were 0–270 kg/ha N, 0–180 kg/ha P2O5, and 0-180 kg/ha K2O. The results revealed that there were no interaction between varieties and NPK dosages on plant growth and NPK uptake by shallots plant. But both shallots varieties of Bima Curut and Bangkok gave different response to NPK fertilization, expressed by dry bulb yield. The optimum dosage of NPK for Bima Curut variety was146 kg/ha N, 111 kg/ha P2O5, and 100 kg/ha K2O that gave dry bulb yield of t/ha, while the optimum dosage of NPK for Bangkok variety was 248 kg/ha N, 98 kg/ha P2O5, and 103 kg/ha K2O that gave dry bulb yield of 35,44 t/ha. To get the maximum yield of dry bulb weight, Bima Curut variety absorbed kg/ha N, kg/ha P2O5, and kg/ha K2O which obtained by applying of 180 kg/ha N, 120 kg/ha P2O5, and 60 kg/ha K2O, while Bangkok variety absorbed kg/ha N, kg/ha P2O5, and 149 kg/ha K2O which obtained by applying of 270 kg/ha N, 120 kg/ha P2O5, and 120 kg/ha K2O. The results can be applied to increase the efficiency of NPK fertilizer for growing shallots on Alluvial soil type. .
  • mwpwaq1na4.pages.dev/118
  • mwpwaq1na4.pages.dev/385
  • mwpwaq1na4.pages.dev/18
  • mwpwaq1na4.pages.dev/28
  • mwpwaq1na4.pages.dev/193
  • mwpwaq1na4.pages.dev/29
  • mwpwaq1na4.pages.dev/188
  • mwpwaq1na4.pages.dev/194
  • mwpwaq1na4.pages.dev/45
  • pupuk phonska untuk bawang merah